Langsung ke konten utama

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Onde-Onde Lumutan

Pada zaman dahulu, ada sebuah Kerajaan besar yang bernama Kerajaan Kahuripan. Namun, untuk mencegah perang persaudaraan Kerajaan Kahuripan di bagi menjadi dua Kerajaan, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Suatu hari, sebelum Raja Erlangga meninggal, ia berpesan untuk menyatukan kembali kedua Kerajaan tersebut. Akhirnya, kedua Kerajaan tersebut bersepakat untuk menyatukan kedua Kerajaan, dengan cara menikahkan Pangeran dari Kerajaan Jenggala, yaitu Raden Panji Asmarabangun dengan Putri cantik Dewi Sekartaji dari Kerajaan Kediri.
Namun, keputusan untuk menikahkan Pangeran Raden Panji Asmarabangun dengan Putri Sekartaji, ditentang oleh ibu tiri Putri Sekartaji. Karena istri kedua dari Kerajaan Kediri menginginkan putri kandungnya sendiri yang menjadi Ratu Jenggala. Akhirnya, ia merencanakan untuk menculik dan menyembunyikan Putri Sekartaji dan ibu kandungnya.
Suatu hari, Raden Panji datang ke Kerajaan Kediri untuk menikah dengan Dewi Sekartaji. Namun, Putri Sekartaji sudah menghilang. Mengetahui hal itu, Pangeran Panji merasa sangat kecewa. Namun, ibu tiri Putri Sekartaji membujuknya untuk tetap melangsungkan pernikahan tersebut. Putri Sekartaji digantikan dengan putri kandungnya Intan Sari. Namun, Pangeran langsung menolak usulan tersebut. Karena sangat kecewa, Pangeran Panji memutuskan untuk mencari Putri Sekartaji dan ibunya. Ia akhirnya mengganti namanya menjadi Onde-Onde Lumut. Suatu hari, ia menolong seorang nenek yang sedang kesusahan yang bernama Mbok Randha. Akhirnya, Mbok Randha mengangkatnya sebagai anak angkat dan tinggal di rumah Mbok Randha.
Suatu hari, Onde-Onde Lumut meminta ibu angkatnya untuk mengumumkan bahwa ia sedang mencari calon istri. Banyak gadis-gadis desa di sekitar desa Dadapan ingin bertemu dan melamar Onde-Onde Lumut. Namun, tidak seorang pun yang ia terima untuk dijadikan istrinya. Sementara, Putri Sekartaji dan ibunya Candrawulan berhasil membebaskan diri dari sekapan ibu tirinya. Mereka pun mengirimkan pesan melalui burung merpati untuk disampaikan kepada Raja dari Kerajaan Kediri. Mengetahui bahwa Putri Sekartaji dan ibunya mengirimkan surat. Intan Sari dan ibunya pun segera melarikan diri.
Putri Sekartaji sangat senang dan berniat untuk bertemu dengan Pangeran Panji. Namun, ia kecewa karena Pangeran Panji sudah pergi berkelana. Ia pun memutuskan untuk berkelana juga untuk mencari Pangeran Panji.
Suatu hari, Putri Sekartaji tiba di rumah seorang janda yang mempunyai tiga anak gadis cantik. Nama ke tiga anak dari janda tersebut adalah Klenting Merah, Klenting Biru dan Klenting Ijo. Akhirnya, Putri Sekartaji pun mengganti namanya menjadi Klenting Kuning dan ikut tinggal di rumah janda itu. Berita yang bersumber dari desa Dadapan menyebutkan jika Mbok Randha mempunyai anak angkat, seorang pemuda yang sangat tampan bernama Onde Onde Lumut. Ketampanannya sangat terkenal dan menjadi buah bibir dimana-mana. Banyak gadis yang datang ke desa Dadapan untuk melamar anak angkat Mbok Randha itu.
Kabar ini pun akhirnya terdengar juga oleh keempat gadis cantik tadi. Akhirnya, janda tersebut menyuruh anak-anaknya untuk pergi menemui Onde-Onde Lumut. Mereka pun segera berangkat. Namun, mereka hanya pergi bertiga karena Klenting Kuning mempunyai pekerjaan rumah yang belum selesai. Mereka bertiga saling mendahului agar terpilih oleh Onde-Onde Lumut. Namun, di tengah perjalanan mereka sangat kebingungan karena harus menyebrangi sungai.
Di tengah kebingungan tersebut, tiba-tiba munculah pemuda bernama Yuyu Mekangkang. Ia menawarkan untuk mengantarkan mereka menyebrang. Tapi, Yuyu Mekangkang mengajukan satu syarat “Jika sudah menyebrangkan kalian, maka perbolehkan aku untuk mencium kalian bertiga,” itulah syaratnya. Pada awalnya mereka menolak, namun karena itu jalan satu-satunya, mereka pun terpaksa menyetujui persyaratan tersebut.
Sesampainya di rumah mbok Randha, mereka langsung memperkenalkan diri satu persatu. Melihat kedatangan ketiga gadis cantik tersebut, ia segera memanggil Onde-Onde Lumut. Namun, Onde langsung menolak ketiga gadis tersebut. Sementara itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Klenting Kuning pun berkeinginan menemui Onde-Onde Lumut juga. Keinginan itu pun disampaikan kepada ibu angkatnya dan tak disangka diperbolehkan. Klenting Kuning pun langsung berangkat menyusul ketiga Klenting lainnya. Tibalah ia di tepi sungai, ia merasa kebingungan untuk menyebrang. Namun, lagi-lagi Yuyu Mekangkang datang menawarkan bantuannya. Sama seperti ketiga Klenting, setelah disebrangkan Klenting Kuning harus bersedia untuk dicium. Klenting Kuning pun segera naik ke punggung Yuyu Mekangkang.
Setelah mereka tiba di seberang, Klenting Kuning langsung membuka kotoran ayam yang dibungkus daun pisang. Ia mengoleskannya pada kedua pipinya. Yuyu Mekangkang kemudian menagih janji. Klenting Kuning mau-mau saja dicium oleh Yuyu Mekangkang. Dan saat Klenting Kuning telah sampai di kediaman Onde-Onde Lumut, ia pun ditolak juga karena telah dicium oleh Yuyu Mekangkang, maknanya keempat gadis tersebut sudah menjadi istri dari Yuyu Mekangkang.
Akhirnya, Onde-Onde Lumut pun benar lumutan karena menanti jodoh yang tak kunjung datang, sedangkan Klenting Kuning mau tak mau menjadi istri Yuyu Mekangkang.
Tantangan Pekan 3 ODOP.


Disadur dari : http://dongengceritarakyat.com/legenda-cerita-rakyat-ande-ande-lumut/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impression

“Shariaaa tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat sedikit rok biru dongker nya agar langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah kakinya yang tergesa. Sementara di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya. “ Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan diri. “ Hueh dipanggilin daritadi juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang terletak di koridor paling ujung. “Salah sendiri...

A Pathetic Love

Gadis berambut sepinggang dengan aksesori serba  pink  itu menyusuri koridor sekolah tanpa semangat. Berulang kali ia menghela napas berat, seakan tak kuat menghadapi hari ini. Beberapa pasang mata melihatnya dengan pandangan sinis, hal ini semakin membuat gadis itu merasa malas berada di sekolah. Kini, ia sudah bertekad kuat bahwa tak akan menemui laki-laki itu lagi. Sekalipun dulu sebelum kepindahannya mereka adalah sahabat karib, namun semuanya sudah terasa lain. Manusianya sama, namun rasa di antara mereka sudah berbeda. Sedikit manis, banyak pahitnya. Berbagai kasak-kusuk yang menyebut nama ‘Valda’ didengarnya sejak tadi, namun sama sekali tak dihiraukannya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis itu menghela napas lega ketika pintu kelasnya sudah semakin dekat, ia ingin segera masuk dan lepas dari pandangan mencemooh orang-orang di sekitarnya. Bukan semua orang memang, hanyalah kaum perempuan saja. Ketika ia memasuki kelas, hanya beberapa orang saja yang sudah da...

Secuil Cerita Tentang ODOP dan Aku

Menulis. Sesuatu hal yang menurut beberapa orang mudah. Awalnya, aku pun merasa begitu karena semua beban yang ada di ubun-ubun bisa kutuangkan dalam tulisan. Meskipun bentuknya benar-benar awut-awutan dan jauh dari kata benar. Selama itu, aku masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu hal yang mudah sebelum kutemukan komunitas menulis paling keren yang benar-benar kucintai ini. One Day One Post . Awal memasuki komunitas ini, aku merasa ketar-ketir juga karena takut tak bisa konsisten dalam menulis. Hingga akhirnya hari demi hari berlalu dan aku beserta 46 orang lainnya dinyatakan lulus dari ODOP. Tapi, perjuangan tak hanya sampai di situ saja. Masih ada materi untuk kelas lanjutan yang mewajibkan anggotanya untuk memilih antara fiksi atau non fiksi. Dan karena kesenanganku adalah berkhayal, maka aku pun memilih fiksi untuk menjadi kelanjutan studiku. Masuk di kelas fiksi, aku merasa benar-benar bodoh. Tulisanku jauh sekali di bawah kawan-kawan seperjuangan yang rata-rata sudah...