Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Ide.
Dari dulu aku selalu tersendat di sini. Saat SD, kurasa aku memiliki banyak ide
yang tak ada habisnya, namun saat aku bertambah umur dan mulai memiliki sedikit
lebih banyak ilmu tentang kepenulisan, ketika kulihat lagi tulisan-tulisan
lamaku, aku merasa tulisan itu sangat buruk. Bahasanya memang masih sangat gamblang -ciri khas tulisan anak kecil
sepertinya- dan kurasa ide yang ada di dalamnya masih sangat mainstream. Aku sampai tak percaya,
karyaku dulu yang begitu jelek seperti ini saja mendapat pujian dari orang
tuaku, apakah mereka memang bermaksud untuk menyenangkanku saja? Belakangan,
aku mengerti mengapa dulu ayah ibuku selalu mendukung apa pun langkah yang ku ambil.
Karena dukungan dan motivasi orang terdekat memang sangat berpengaruh pada
tingkat kepercayaan diri seseorang. Maka dari itu, jadilah aku yang sekarang.
Aku yang memang masih sedikit ilmunya tentang kepenulisan dan nekat untuk
mencoba menulis.
Awalnya,
aku masih terbelit ide. Aku tak tahu apa yang harus kutulis, lalu kuputuskan
untuk membuka tulisan lamaku yang pernah kutulis saat SD, dan aku pun berusaha
meng-editnya dengan pedoman sedikit
pengetahuanku yang bertambah. Ternyata hasilnya tak terlalu buruk, mamaku
berkata bahwa tulisanku sudah mulai berkembang. Memang yang kutulis ini amat
sederhana, namun kata mama aku sudah mulai bisa menuliskan lebih rinci tentang
hal tersebut, meskipun belum lihai seperti penulis handal tentunya.
Kata
mama, ide dalam menulis cerita bisa diambil dari pengalaman hidup dan kehidupan
sehari-hari, maka dari itu mama sangat mendukungku untuk mencari pengalaman
sebanyak mungkin. Ternyata mama memang benar, dengan adanya pengalaman aku jadi
tak kekurangan ide saat ini -entah untuk
ke depannya lagi hihi-, apa pun yang ada di otak langsung saja ku ketik
tanpa memikirkan gaya bahasa lagi. Gaya bahasa bisa diperbaiki nanti jika sudah
selesai menulis, tapi ide tak akan terulang lagi.
Entah
kenapa saat ini aku memutuskan untuk menuliskan cuap-cuap yang mungkin kurang
bermanfaat ini, namun yang jelas, aku sangat berterima kasih pada komunitas One Day One Post yang telah menambah
ilmuku dan menuntunku untuk memperbaiki tulisanku yang selama ini jauh dari
kata baik.
Salam
ODOP!
Komentar
Posting Komentar