Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Ketika riak air turun setitik
demi setitik dari tata surya
Ku bersuka cita menyelami
kenikmatan dunia tiada tara
Warna warni cahaya nan apik
berbaur menjadi satu
Karena itupun ku teringat
masa lalu
Ya,
kenangan itu, terlintas begitu saja
Bagai pelangi
yang indah, namun hanya fatamorgana
Senyum
dan bayangannya pun masih amat membekas
Walau ku
mengerti kini ku tak lagi pantas
Kenangan demi kenangan pun
teringat kembali
Bagai rangkaian kisah masa
lalu yang diputar kembali
Masa-masa suka dan duka
Yang sempat dilalui berdua
Meski
kini kutau kau sudah jadi miliknya
Entah
kenapa, hatiku kembali menghangat saat mengingatnya
Seperti
baru kemarin ku merasakan suka
Dan
langsung dihantam dengan duka
Gerimis tipis membelai
rambutku lembut
Udara dingin melambai-lambai menebar
ketenangan
Energi positif perlahan
memasuki pikiran
Dan akhirnya ku tersadar akan
satu kenyataan
Bahwa ia tak lagi serupa,
meski fisiknya masih sama
Komentar
Posting Komentar