Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Ibu,
Takkan bosan ku menyayangimu
Takkan bosan ku menyayangimu
Ibu,
Kan kudoakan dirimu di sana
Kan kudoakan dirimu di sana
Ibu,
Aku rindu dirimu.
Aku rindu dirimu.
**
"Pagi guyss," seorang gadis dengan make up tipis dan baju kurang bahan sedang berlari dengan riangnya menghampiri teman-teman gengnya. Namanya adalah Gisela.
"Ada apaan sih Sel?
Kok keliatannya bahagia bangeet gitu," celetuk Angela sambil memilin-milin rambutnya yang bergelombang.
"Iya tuh, tumben. Ada
apa sih?" balas Alexa, seorang gadis dengan rambut lurus bagai habis disetrika, ia baru saja sedang curhat pada Angela.
"Kemaren aku habis
jalan sama my cute princee lohh," jawab Gisela sambil senyam senyum dan
menerawang ke atas.
"Ciyee habis ini
jadian nih yee," sahut Alexa ikut senang.
"Iya dongg, ntar ya
kalo udah jadian kalian bakal aku traktir pizza
hut sepuasnyaa," sahut Gisel bersemangat.
"Seriusan Sel?
Yuhuuuu, you're da best dah pokoknya, ya kan La?" jawab Alexa dengan mata berbinar. Di antara 3 sahabat karib ini, memang Gisela lah yang paling gampang keluar uang saat mereka jalan bareng.
"Bener banget kata
Lexaa. Eh by the way, ada hot newss gengss," jawab Angela sambil mengutak-atik smartphone nya.
"Ada apa emang?" tanya Alexa sedikit heran. Biasanya, kalau urusan 'ditraktir', Angela paling heboh di antara mereka, namun kali ini berbeda.
"Ternyata ya gengs,
ayahnya si Sepalia itu seorang PEMBUNUH!" Angela bercerita dengan serius.
"Ah masa sih La? Emang
kamu tau darimana?" Alexa menyahut, dia tak begitu percaya akan hal itu, memang apa buktinya?
"Kemaren aku tuh habis chat sama temenku yang ada di Jakarta.
Kebetulan dia satu sekolah sama Sepalia di SMA Pelita, trus dia cerita deh
tentang ayahnya si Sepal itu. Nah inii nihh buktinyaa," jawab Angela lugas.
Alexa dan Gisela pun langsung berebut ingin melihat tentang kebenaran cerita Angela itu. Ternyata, itu benar.
"Apa? Masa sih?
Jangan-jangan si Sepal juga psikopat kayak ayahnya? Duhh gak banget deeh," sahut Alexa bergidik ngeri.
"Nggak tau juga ya si
Sepal psikopat juga apa enggak, tapi kalian liat sendiri kan tingkahnya dari
kemaren? Aneh! Gak kayak remaja biasanya!" jawab Angela seperti 'mengompori' temannya.
"Eh iya juga ya,
singkat-singkat juga ngomongnya, sok misterius gitu, jangan-jangan dia lagi
nyusun rencana sesuatu?" sahut Gisel setelah terdiam cukup lama.
"Sumpah ngeri banget!
Gimana kalo tau-tau dia juga ngebunuh murid-murid di sini? Duh sorry aja yaa
aku masih sayang nyawa bangett," jerit Alexa takut.
"Ini gak bisa
dibiarin, kita harus cari cara biar Shefa dikeluarin dari sekolah ini! Kalo
nggak, dia bakal cuman ngerusak reputasi sekolah!", jawab Gisel dengan nada tegas.
"Aku sih setuju setuju
ajaa, tapi mending kita liat dulu deh gimana reaksinya dia, ntar dikira kita
asal judge lagi," jawab
Angela akhirnya berusaha menengahi.
"Ehh sstt, tuh dia mau
lewat tuh," sahut Alexa sambil agak menjauh.
Shefa melewati geng itu dan
langsung masuk kelas sambil menunduk.
"Diliat-liat wajahnya
ngeri juga ya, suram banget!" Alexa lagi-lagi berucap.
Gisel pun menatap kedua
temannya dengan penuh arti, lalu mereka masuk kelas dengan satu tujuan yang
sama.
**
"EH TEMEN-TEMEN!
KATANYA TEMENKU YANG ADA DI SMA PELITA JAKARTA, ADA ANAKNYA PEMBUNUH LOH DI
SEKOLAHNYA," dengan sengaja Gisela berteriak keras di depan kelas agar semua
temannya mendengar.
"Duuh, tega banget,
itu manusia apa iblis, ya nggak Shef?" sahut Angela sambil pura-pura bertanya pada
Shefa.
"Ha? Eh i..iya," jawab Shefa amat terkejut sambil makin menunduk di tempat duduknya.
"Lo dulu juga dari SMA
Pelita Jakarta kan? Lo kenal nggak sama anak itu?" sahut Alexa tak kalah pedas.
"ATAU JANGAN-JANGAN
MALAH KAMU ANAKNYA PEMBUNUH ITU!" teriak Gisel sambil menggebrak meja
Shefa.
Tanpa mengatakan apa-apa,
Shefa langsung berlari keluar kelas.
Duuh ... Kok tega ya ama teman sendiri ngomongin ortu kayak gitu :(
BalasHapusIya ya, jahat itu jgn ditiru :(
HapusKids jaman now... Heemmm jahara...
BalasHapus