Langsung ke konten utama

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Dewan Kerja Ambalan EXPRESS

Jumat.

Banyak siswa siswi di sini menyukai hari jumat. Alasan mereka pun beragam, ada yang mengatakan bahwa di hari Jumat pulang sekolah lebih awal karena ada shalat Jumat wajib bagi kaum laki-laki. Ada pula yang beralasan di hari itu pelajaran lebih banyak jam kosong. Banyak alasan orang-orang menyenangi hari Jumat. Aku pun sebenarnya juga suka hari Jumat, namun entah kenapa hari ini terasa berbeda. Biasanya, setelah para laki-laki selesai shalat, aku dan teman-temanku PRAMUKA yang perempuan akan langsung berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan shalat Dzuhur bersama. Namun, Jumat ini berbeda, kami tidak ke masjid bersama-sama dan kami juga jarang saling jumpa.

Memang, regenerasi Dewan Kerja Ambalan sudah dilaksanakan seminggu yang lalu. Dan aku serta kawan-kawan juga sudah melepas jabatan kami. Awalnya memang terlihat menyenangkan, mengingat kami tidak akan terbebani akan tanggung jawab di organisasi lagi. Namun kini aku baru merasakan bedanya, sesuatu yang biasa kami lakukan bersama tak pernah terjadi lagi. Biasanya, setelah shalat kami langsung menuju sanggar PRAMUKA yang bertepat di sebelah ruang BK. Bersiap-siap untuk kegiatan latihan rutin (larut) yang akan dimulai pada pukul 13.00 WIB. Menurut kami, sanggar sudah seperti rumah kedua kami. Kami sudah terbiasa tidur di sanggar apabila sedang ada kegiatan dan menginap di sekolah.

Sanggar memang bukanlah tempat yang indah sih, bukan juga tempat yang megah dan mewah. Namun, sanggar dengan segala situasinya adalah saksi bisu perjuangan dewan kerja ambalan kami yang dinamai DKA EXPRESS. Suara kipas angin usang yang selalu berderit ketika dinyalakan, seruan kasar teman laki-laki ketika bermain game bersama, dan suara pembina kita yang biasa kita panggil ‘Papi’ masih terpatri dalam benak kami. Aku masih ingat, suatu saat yang seharusnya libur, kami semua datang ke sanggar untuk rapat. Awalnya suasana terkendali, namun tiba-tiba temanku yang bernama Feby mendapatkan telepon dari seseorang yang berniat membohonginya dapat hadiah. Kontan saja teman-teman laki-laki langsung mengambil alih handphone Feby dan mereka berencana mengusili orang tersebut. Jadilah hari itu kita tidak jadi melanjutkan rapat malah iseng kepada orang tersebut.

Ingatan-ingatan canda dan tawa masih benar-benar nyata dan hidup di otakku. Namun, aku tahu betul bahwa waktu kita telah usai. Masa Bakti Dewan Kerja Ambalan EXPRESS memang telah usai, namun aku berharap bahwa persahabatan kita tak akan usai kawan. Aku tahu, mungkin kalian orang-orang yang kumaksud tidak akan pernah membaca curahan hatiku saat ini. Namun, biarlah coretan kisah kita semua menjadi kenangan yang tak akan terlupa, Terima kasih kawan, terima kasih atas satu tahun yang menggembirakan ini. Terima kasih atas seluruh pelajaran hidup yang kalian ajarkan. Terima kasih pula atas kepedulian kalian padaku ketika aku sedang dilanda kesedihan. Kalian bagaikan pelangi yang mewarnai hari-hariku. Aku tahu, tak cukup bila rasa terima kasihku kutuliskan dalam kata-kata. Tak cukup pula bila harus kusampaikan pada kalian semua. Namun, biarlah rasa terima kasih ini tertanam dalam hatiku, biarlah rasa ini terus ada hingga suatu saat nanti ketika kita semua sudah sama-sama sukses, kita akan mengingat masa-masa ini. Bernostalgia pada masa lalu yang penuh makna.

Kawan, kita memang belum berpisah, kita hanya regenerasi. Namun, entah kenapa aku se-melankolis ini. Aku memang bukan perempuan yang cengeng, namun bila menyangkut kalian, akulah yang paling gampang meneteskan air mata. Bahkan saat menulis secuil cerita ini pun aku menangis. Untuk kawan-kawanku Dewan Kerja Ambalan EXPRESS, kuharap kalian semua bisa menggapai mimpi-mimpi kalian, kuharap kalian semua sukses dalam hidup kalian, dan kuharap ketika kita semua sukses nanti, kita masih dapat dipertemukan untuk membagi canda dan tawa kembali.

Kawan-kawanku, aku cinta kalian.

Sincerely,

Safina Rahayu Utami-Kerani DKA EXPRESS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impression

“Shariaaa tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat sedikit rok biru dongker nya agar langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah kakinya yang tergesa. Sementara di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya. “ Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan diri. “ Hueh dipanggilin daritadi juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang terletak di koridor paling ujung. “Salah sendiri...

A Pathetic Love

Gadis berambut sepinggang dengan aksesori serba  pink  itu menyusuri koridor sekolah tanpa semangat. Berulang kali ia menghela napas berat, seakan tak kuat menghadapi hari ini. Beberapa pasang mata melihatnya dengan pandangan sinis, hal ini semakin membuat gadis itu merasa malas berada di sekolah. Kini, ia sudah bertekad kuat bahwa tak akan menemui laki-laki itu lagi. Sekalipun dulu sebelum kepindahannya mereka adalah sahabat karib, namun semuanya sudah terasa lain. Manusianya sama, namun rasa di antara mereka sudah berbeda. Sedikit manis, banyak pahitnya. Berbagai kasak-kusuk yang menyebut nama ‘Valda’ didengarnya sejak tadi, namun sama sekali tak dihiraukannya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis itu menghela napas lega ketika pintu kelasnya sudah semakin dekat, ia ingin segera masuk dan lepas dari pandangan mencemooh orang-orang di sekitarnya. Bukan semua orang memang, hanyalah kaum perempuan saja. Ketika ia memasuki kelas, hanya beberapa orang saja yang sudah da...

Secuil Cerita Tentang ODOP dan Aku

Menulis. Sesuatu hal yang menurut beberapa orang mudah. Awalnya, aku pun merasa begitu karena semua beban yang ada di ubun-ubun bisa kutuangkan dalam tulisan. Meskipun bentuknya benar-benar awut-awutan dan jauh dari kata benar. Selama itu, aku masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu hal yang mudah sebelum kutemukan komunitas menulis paling keren yang benar-benar kucintai ini. One Day One Post . Awal memasuki komunitas ini, aku merasa ketar-ketir juga karena takut tak bisa konsisten dalam menulis. Hingga akhirnya hari demi hari berlalu dan aku beserta 46 orang lainnya dinyatakan lulus dari ODOP. Tapi, perjuangan tak hanya sampai di situ saja. Masih ada materi untuk kelas lanjutan yang mewajibkan anggotanya untuk memilih antara fiksi atau non fiksi. Dan karena kesenanganku adalah berkhayal, maka aku pun memilih fiksi untuk menjadi kelanjutan studiku. Masuk di kelas fiksi, aku merasa benar-benar bodoh. Tulisanku jauh sekali di bawah kawan-kawan seperjuangan yang rata-rata sudah...