Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Awal tahun 2017, waktu itu aku masih duduk di
bangku kelas 11 masuk semester 2. Di awal tahun ajaran, ada salah satu wartawan
dari Koran Memo yang mewawancarai organisasi pramuka di sekolahku. Hanya
perwakilan saja sih, karena yang diwawancarai hanya BPH dan salah satu anggota
dewan yang lain. Kebetulan, aku menjabat sebagai Kerani (sekretaris), maka
otomatis aku ikut diwawancarai. Waktu itu, aku mengatakan bahwa impianku di
tahun ini adalah menjadi Duta Kesehatan Remaja Kota Kediri tahun 2017 dan bisa
membuat karya yang disukai orang lain. Ini terjadi pada awal bulan Januari
2017.
Selain itu, aku juga sangat ingin memenangkan
olimpiade siswa kota mata pelajaran fisika (karena memang dari kelas 10 aku sudah
mengikuti bimbingan olimpiade di sekolahku). Namun, Allah berkehendak lain.
Karena begitu padatnya kegiatan pramuka pada bulan Januari hingga Mei, aku jadi
tidak bisa untuk berkonsentrasi pada sesuatu yang ingin aku raih. Hingga
akhirnya, ketika teman-temanku mengikuti beberapa olimpiade yang diadakan oleh
berbagai universitas ternama, aku tak bisa mengikutinya karena terbentur dengan
jadwal kemah pramuka. Berulang kali aku berniat untuk ikut, namun selalu
digagalkan dengan berbagai tugas sekolah serta tugasku sebagai sekretaris di
pramuka.
Hingga waktu OSK tiba, aku tak sempat
menyiapkannya dengan matang. Soal-soal yang sebenarnya sudah pernah dijelaskan
berulang kali oleh guru pembimbing di sekolah dan pernah aku kuasai jadi tak
bisa kukerjakan karena kesiapanku memang belum seratus persen. Hari OSK
kulewati dengan datar, aku sudah menduga bahwa aku tak akan lolos seleksi kota.
Dan benar saja, salah satu impianku gagal kucapai di awal tahun 2017.
Setelah itu, ada event FLS2N. Jauh-jauh hari sebelum dilaksanakannya lomba, aku
sudah ditunjuk untuk mengikuti event
itu di bidang teater monolog. Jujur saja, aku merasa bahwa aktingku belum
terlalu baik. Namun, guru pembimbingku berkata bahwa aku pasti bisa
mengikutinya karena rentang waktu untuk berlatih masih sekitar tiga bulan.
Akhirnya, aku menyetujui permintaan guru itu dan mulai berlatih teater monolog
yang juga diawasi oleh beliau. Hari demi hari kulewati, hingga tak terasa FLS2N
kurang beberapa minggu. Segala persiapan batin seperti mental, ekspresi, dan
sebagainya sudah kurasa cukup. Hanya tinggal mencari kostum dan properti saja,
kedua orang tuaku pun sudah berharap besar padaku akan memenangkan lomba.
Namun, kembali Allah berkehendak lain. Tiba-tiba guru pembimbingku mengatakan
bahwa sekolahku tak jadi mengirimkan perwakilan apapun untuk mengikuti FLS2N.
Ketika kutanya alasannya, katanya karena bidang lomba lain tak ada yang siap.
Maka, sekolah tak jadi mengirim karena hanya satu bidang lomba saja yang siap.
Aku merasa bodoh sekali waktu itu. Berpuluh siang dan malam yang kulewati untuk
mempersiapkan segalanya terasa sia-sia, bahkan aku juga mengorbakan waktu
latihan silatku hanya untuk berlatih demi event
ini, aku sangat kecewa. Impian keduaku pun gagal pula di awal tahun 2017.
Usai melewati hari-hari yang penuh kesibukan
dan evaluasi pembelajaran tengah semester yang melelahkan, akhirnya sekolahku
mengadakan Kegiatan Tengah Semester (KTS) yang berintegrasi dengan Hari Kartini
serta pemilihan Putra Putri Pelopor Literasi Sekolah. Waktu itu, aku yang masih
menjabat jadi Putri Duta Kesehatan Sekolah pun ikut andil juga dalam acara
tersebut. Termasuk melatih tiap kandidat yang berasal dari wakil masing-masing
kelas dalam bersikap dan tata krama saat di atas panggung nanti. Melelahkan
memang, karena setiap duta diwajibkan melatih 7 orang peserta yang sama sekali
belum memiliki basic di bidang fashion (meskipun sebenarnya aku juga
tak terlalu bisa). Dalam KTS kali ini, ada berbagai macam jenis lomba yang
diadakan. Salah satunya adalah lomba dance
dengan ketentuan 50% tarian tradisional dan 50% modern dance.
Waktu itu, peserta lomba dance minimal harus 3 orang dan tak boleh ada sexy dance. Biasanya, wakil dari kelasku dalam lomba tari
tradisional ada dua orang (karena minimal hanya dua). Namun, karena jumlah
minimalnya bertambah maka teman-teman satu kelas melakukan voting siapa saja yang akan ikut lomba dance. Maka diambillah sepuluh hasil voting teratas yang nantinya akan ditest dan kira-kira sesuai untuk dijadikan peserta lomba.
Sebenarnya, tak ada sama sekali yang memilihku, namun entah kenapa tiba-tiba
namaku ada juga di papan tulis sebagai salah satu dari pilihan teman-teman.
Katanya sih, gara-gara tubuhku lentur jadi gampang dilatih (memangnya karet apa
huh).
Akhirnya, mau tak mau aku pun ikut andil juga
dalam lomba itu. Kelasku mengeluarkan satu tim yang berisikan tiga perempuan
dan dua laki-laki. Memang, basic dari
diriku bukan dalam seni tari sih. Tapi ternyata aku bisa juga melakukannya, dan
menjadikan kelas kami masuk dalam babak final yang akan dilaksanakan bersamaan
dengan penampilan finalis lomba Putra Putri Pelopor Literasi (kebetulan, kedua
wakil dari kelasku masuk lima besar semua hihi).
Last but not least, kelasku meraih
juara 3 lomba dance dan Putra Pelopor
Literasi. Alhamdulillah, terkuak juga salah satu bakat terpendamku hihi. Karena ini pula, aku jadi dilirik
oleh pembina tari di sekolahku. Bahkan, saat acara PLS (Pengenalan Lingkungan
Sekolah) dan OPRAGA (Orientasi Pramuka SMAGA), aku juga dimintai bantuan untuk
menjadi pengisi acara. By the way,
sebenarnya aku juga panitia dari OPRAGA, karena yang mengadakan event ini adalah pramuka SMAGA.
Tak hanya sampai di situ, debutku dalam dunia
tari masih berlanjut pula. Aku dan teman-teman yang berbeda kelas berlatih
untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh sekolah lain dalam rangka Dies Natalis
sekolah mereka. Memang sih, kami tak masuk final dalam lomba itu karena saingan
dari grup kami sudah profesional dalam bidang ini. Sedangkan kami hanyalah
bermodalkan percaya diri serta dengan pengalaman yang masih minim dalam bidang
itu. Tapi setidaknya, pengalamanku jadi bertambah juga gara-gara hal ini.
Mengenai impianku untuk menjadi Duta Kesehatan
Remaja, itu tak terlaksana karena saat ada penyisihan di tingkat Kota sudah
bukan aku lagi yang menjabat di sekolahku. Maka dari itu, otomatis hal ini
sudah menjadi kegagalanku yang ke sekian kalinya. Namun tak apa, setidaknya hal
inilah yang membuatku belajar mengenai banyak hal.
Setelah lepas dari organisasi pramuka, aku pun
mulai menata diri untuk mewujudkan cita-citaku yang belum terlaksana. Karena
kini aku sudah berada pada tingkatan yang paling tinggi dalam masa SMA, yaitu
kelas 12. Maka dari itu, aku harus lebih fokus untuk mencapai segala impianku
nantinya. Akhirnya, salah satu impianku untuk ikut olimpiade terlaksana juga.
Aku dengan salah satu teman sekelas mencoba untuk ikut Math and Logic Competition (MLC) yang diadakan oleh Universitas
Airlangga. Hampir setiap malam kami belajar bersama di rumahku, karena pulang
sekolah saja sudah pukul lima sore maka terkadang saat belajar mata ini juga
tak bisa menahan rasa untuk terpejam.
Meski begitu, aku senang juga karena ternyata
kami masuk dalam babak perempat final yang akan diadakan di Surabaya. Kita
berdua memang tak terlalu menggantungkan harapan kami untuk menang, kami berdoa
agar semuanya bisa lancar. Dan akhirnya, kami memang tak membawa juara apapun
untuk sekolah karena saat di babak perempat final hanya diambil ranking 20
teratas, dan tim kami berada pada nomor 34 dari 60 tim lainnya. Namun
setidaknya, pengalaman ini begitu berharga bagi kami. Dan menurutku, inilah
kejutan dari Allah yang tak pernah kuduga.
Selain itu, kejutan dari Allah yang lainnya
adalah perkenalanku dengan sekumpulan orang yang begitu berarti. Sekumpulan
orang yang memiliki tujuan sama, saling membagi ilmu dan berbagi semangat. Tentunya,
dalam bidang yang kusuka sejak kecil, dunia kepenulisan. Mungkin, bila aku tak
bertemu dengan komunitas ini, aku tak akan bisa percaya diri untuk memposting karya-karyaku yang sudah sekian
lama bersemayam dalam laptopku. Oleh sebab itu, begitu banyak rasa terima kasih
dariku yang mungkin tak bisa kusampaikan satu persatu kepada para pengurus,
pembimbing, dan kawan-kawan seperjuangan dalam komunitas ini. Kalianlah
semangatku dalam berkarya kawan! Aku begitu bersyukur karena Allah
mempertemukanku dengan para orang-orang hebat yang ada di komunitas One Day One Post.
Sekian, mungkin hanya itulah kilas balik dari
pengalamanku sejak awal tahun 2017 hingga hari ke tiga ratus enam puluh lima di
tahun ini. Tahun yang begitu banyak menguras emosi dan kepedihan, namun akhirnya
berbuah kebahagiaan. Selamat tinggal 2017 dan segala kenangan yang ada di sana,
aku telah siap untuk mengawali hari baru di tahun 2018 ^^
#TantanganODOP7
Serius nih Safina bisa goyang? Share videonya bolehlah...
BalasHapusAda buktinya tuh kak suden, wkwkwk 😂 duh jangan deh, maluuu hihi😂
Hapus