Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
“Shariaaa
tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat
sedikit rok biru dongkernya agar
langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang
manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah
kakinya yang tergesa.
Sementara
di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi
masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya
tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya
tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya.
“Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis
itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan
diri. “Hueh dipanggilin daritadi
juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis
satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang
terletak di koridor paling ujung.
“Salah
sendiri lama, ya tak tinggal,” sahut gadis yang diketahui bernama Sharia itu
dengan cuek. Lagaknya benar-benar menyebalkan dan acuh.
“Yee situ gak nyadar, tiap hari yang ngasih sontekan catetan siapa mak kalau bukan aku,” sahut gadis yang tadi berlarian
di koridor hingga beberapa pasang mata menatap kelakuannya tadi.
“Duh
aku kan anak rajin ya Shania, jadi gak pernah nyontek,” jawab Sharia sambil
mengerlingkan matanya dengan nakal. Dandanan kedua gadis itu bisa dibilang
hampir sama, bedanya hanya letak bros stroberi yang mereka pakai berada pada
sisi kepala yang berbeda. Kata orang, wajah mereka mirip seperti anak kembar,
padahal orang tua mereka berbeda.
“Ah
terserah,” sahut gadis itu sambil mempercepat langkahnya menuju bagian minuman
di kantin. Sementara Sharia hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat
kawannya ngambek mendadak seperti itu.
Ia sendiri lebih memilih menuju bagian makanan berat karena sejak pagi memang
belum ada sesuap nasi pun yang masuk ke lambungnya.
Gadis
dengan bros stroberi di kepala kirinya itu menuju bagian minuman dingin yang
menyediakan berbagai jenis teh dan susu kotak. Ia memilih untuk membeli sekotak
susu cokelat karena memang rasa itu adalah favoritnya. Ketika akan membayar, ia
harus mengantre terlebih dahulu karena keadaan kantin yang mulai ramai diserbu
para manusia kelaparan. Tepat di hadapannya, ia melihat punggung seorang
laki-laki dengan badge berwarna hijau
di lengan kanannya sedang membayar minuman yang dibelinya. Shania tak terlalu
memperhatikan laki-laki itu karena sekarang sudah gilirannya untuk membayar.
Namun,
tiba-tiba terdengar bunyi benda logam yang jatuh menyentuh lantai dengan keras.
Tidak hanya itu, beberapa benda logam lain juga terlihat mengikuti temannya
untuk menjatuhkan diri dari genggaman laki-laki yang tadi mengantre tepat di
depannya. Laki-laki itu terlihat bingung akan mengambil uangnya yang terjatuh,
ia melirik sana-sini untuk memastikan tangannya tak terinjak orang-orang yang
berlalu lalang. Karena kondisi kantin yang ramai, hanya untuk mengambil
beberapa uang receh yang terjatuh itu pun menjadi sulit.
Shania
memperhatikan wajah laki-laki yang sedang kebingungan itu. Wajah cengoh kebingungan itulah yang pertama
kali terekam jelas di memori otaknya. Tak disangka, laki-laki itu juga sedang
melihat ke arahnya ketika semua uang receh yang berjatuhan sudah masuk ke saku
celana biru dongkernya. Untuk pertama
kalinya, tatapan mereka beradu. Mata hitam legam yang bersinar indah milik laki-laki
itu sukses membuatnya terbius, namun tak lama kemudian ia menyadari
kebodohannya. Shania gelagapan karena ketahuan memperhatikan laki-laki itu,
maka ia pun langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan secepat yang ia bisa. Ia
merasa bodoh karena setelah kepergok langsung melarikan diri begitu saja. Dalam
batinnya, ia terus memaki dirinya sendiri karena tingkahnya yang begitu
kekanakan barusan. Ia lupa bahwa Sharia masih di kantin menunggunya, sementara
dirinya sudah menuju kelas mereka terlebih dahulu.
**
Hari-hari
berlalu begitu cepat, usai pertemuan singkat di kantin waktu itu Shania jadi
lebih sering tak sengaja bersimpangan dengan laki-laki bermata indah itu. Entah
di kantin, aula, lapangan basket, masjid, atau pun tempat-tempat lain di
sekolahnya. Mereka saling pandang, namun selepas itu juga saling memalingkan
wajah. Tak ada satu kata pun yang terucap dari mulut keduanya, sama-sama
mengerti tapi tak ingin mengenali.
Shania
sendiri jadi lebih sering tersenyum, seolah keceriaan tak pernah sirna dari
wajahnya yang manis. Hari-harinya terlihat lebih berwarna, setelah ia bertemu
laki-laki itu. Shania tak ingin mendekat padanya karena ia takut bila bulir-bulir
suka yang perlahan berkembang di hatinya akan sirna. Ia memang tak mau
mengatakan bahwa perasaannya saat ini adalah cinta, umurnya masih terlalu kecil
untuk mengerti terlalu jauh mengenai perasaan tak bertuan ini. Namun yang
jelas, ia bahagia ketika bisa melihatnya di mana pun laki-laki itu berada. Belakangan,
akhirnya ia tahu bahwa nama laki-laki itu adalah Dafa. Hal ini dapat
diketahuinya karena ada seorang teman yang stalking
tentang laki-laki itu untuk Shania di salah satu akun sosial media yang sedang
marak digunakan oleh berbagai golongan.
Tak
disangka, kebahagiaannya tak sampai di situ saja. Laki-laki dengan mata indah
itu tiba-tiba menghubunginya lewat chat
di akunnya. Dengan senang hati, Shania menanggapi segala obrolan yang
dilontarkan laki-laki itu. Dafa adalah tipe orang yang agak moody, terkadang ia bisa menjadi seorang
yang sangat manis namun beberapa menit setelah itu berubah menjadi orang yang
cuek. Lama kelamaan, Shania mulai
terbiasa dengan sikap laki-laki itu dan menganggapnya hal yang biasa. Shania tak berharap terlalu jauh, ia memang menyukai
laki-laki itu namun tak ingin membuat ikatan seperti yang tengah dilakukan
beberapa teman sekelasnya.
Menurut
Shania, umurnya masih terlalu kecil untuk melangkah lebih. Masa depannya masih
jauh terbentang di hadapannya dan ia tak ingin terlalu cepat mengenal cinta.
Biarlah seiring berjalannya waktu ia bisa belajar mengenalinya, tanpa perlu
dipaksakan hanya agar ikut eksis seperti teman sebayanya. Let it flow, itulah kata-kata yang selalu dijadikannya pijakan
dalam setiap ia mengambil langkah. Memang, beberapa kali laki-laki dengan mata
indah itu menyatakan perasaannya pada Shania dan ingin untuk melakukan hubungan
lebih lanjut seperti berpacaran. Tetapi, Shania selalu menolak meski ia
memiliki rasa juga padanya. Pedomannya akan tetap ia pegang teguh hingga lahir
batinnya siap nanti.
#TantanganODOP4ke-5
#CintaPertama
Manis...
BalasHapusSemanis kisahnya..
HapusManis ya, jaman" esempe ya kak hihiπ
Hapusawas ada mata hitam legam, bisa membius....!
BalasHapusDuh bang dwi, jadi malu hihi πΉ
HapusPertahankan prinsipmu nak :D
BalasHapusBismillah, insyaAllah ukhti ππ
HapusHihihi... jadi inget waktu esempe pake bros stroberi π
BalasHapusWihh kita samaan dong kak, jangan jangan.... ππ
HapusAsyik kisahnya....
BalasHapusIni sih kisah anak kecil kang ihihi ππ
HapusLet it flow yeay
BalasHapusYeay✌
HapusSelalu seru dan asik. Safina YES!
BalasHapusAamiin kak, punya saya mah masih jauh kak daripada punya njenengan ππ
HapusAsikkkkk
BalasHapusNostalgia ya sov π
HapusOh lelaki bermata indah.... Di mana dirimu skrg?
BalasHapusDi kelas sebelah kali kak, coba dicari ππ
Hapuslain kali paragrafnya di spasi ya kakak..
BalasHapuspuyeng bacanya, apalagi kalo gak ada gambarnya >_<
Hihi maaf ya bang, bikinnya di laptop soalnya jadi per paragraf keliatan banyak kalo di hp π insyaAllah bakal dibenahi hehe π
HapusHmm...uang koin yang menumbuhkan rasa...
BalasHapusUang koin bersejarah atuh kang ini mah π
HapusSippp, jaga prinsipnyaa ya. Godaan akan banyak menghadangπ
BalasHapuskeren prinsipnya.. Owh iya note buat postingannya paragraf baru di enter kasih spasi kosong, soalnya ini keliatan padet banget.
BalasHapusCeritanya keren
BalasHapusSedikit catatan terlalu banyak kata itu.
Semoga Istiqomah π
BalasHapusAh, sweet sekaliii
BalasHapus