Langsung ke konten utama

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Novelis Misterius dalam Negeri

Luna Torashyngu. Kira-kira, apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar nama ini? Mungkin, kalian akan berpikir bahwa Kak Luna ini perempuan ya? Awalnya aku pun begitu, bayanganku setelah membaca namanya adalah perempuan cantik, berambut panjang, dan berkacamata tebal yang hobi menulis. Namun setelah kutelusuri, ternyata Kak Luna ini laki-laki kawan.
Nama “Luna Torashyngu” tentu saja bukanlah aslinya, nama ini digunakannya sebagai nama pena saja. Kak Luna sendiri pertama kali menghirup udara bebas di kota Purwokerto pada tanggal 13 Februari. Katanya, dalam Bahasa Spanyol “Luna” berarti “Bulan”. Sedangkan Torashyngu sendiri diambilnya dari nama Jepang. Beliau memilih nama “Torashyngu” karena ia sangat suka segala hal tentang negeri Matahari Terbit ini. Mulai dari masakan Jepang, musik, bahkan dorama juga. Beberapa penyanyi favoritnya di antaranya ialah Ayumi Hamasaki dan BoA, sedangkan film Jepang kesukaannya adalah “Yomigaeri” (Kebangkitan). Dorama atau Drama Televisi Jepang ada banyak yang beliau suka, hanya saja yang paling membuatnya terkesan adalah “Love Generation” yang diperankan oleh Takuya Kimura dan Takako Matsu.
Saking cintanya dengan hal-hal tentang Jepang, beliau juga menamai putri pertamanya dengan nama “Luna”. Florencia Luna Sarasvati, lahir pada tanggal 23 Mei 2008. Kak Luna sendiri sering memanggil putrinya dengan sebutan “My Little Luna”. Beliau sendiri tidak ingin mengaku siapa nama aslinya, jadi bila ingin memanggilnya cukup dengan nama penanya saja.
Beliau mengaku bahwa beberapa novel yang ia buat juga terinspirasi dari film Jepang dan Dorama yang ditontonnya, meskipun nggak persis. Novel buatannya saat ini sudah tersebar di berbagai penjuru Indonesia, di antaranya adalah Trilogi Mawar Merah, Trilogi D’Angel, Lovasket The Series, dan sebagainya. Beliau sering membuat cerita yang out of the box, sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain bisa beliau jadikan novel utuh, bahkan menjadi beberapa seri seperti D’Angel dan Mawar Merah.
Beberapa novel yang pernah kubaca buatan Kak Luna ini bergenre action semua, dan Kak Luna sangat mahir membuat para pembaca merasakan bagaimana rasanya jadi pemeran utama dalam cerita tersebut, meskipun hanya kata-kata. By the way, Kak Luna ini sudah menerbitkan puluhan novel loh, banyak banget ya? Namun tentu saja semua ini bisa didapatnya tidak dengan usaha yang mudah. Beliau juga pernah merasakan karyanya ditolak oleh berbagai penerbit karena kurang layak untuk diterbitkan dan dirasa buruk. Namun, Kak Luna ini tak pernah patah semangat, hingga akhirnya karya-karyanya mulai dilirik oleh penerbit dan sekarang namanya sudah tersohor di kalangan remaja pecinta novel di negeri ini.

Oh iya, Kak Luna ini sangat menyukai cerita ber-seri. Bahkan dalam novel “Lovasket”, beliau hingga membuat 6 seri. Wow! Sangat banyak bukan? Ide-ide cemerlang dalam otaknya memang benar-benar hebat dan bisa membuat semua pembaca ingin lanjut membaca seri berikutnya dari novel karangannya. Bahkan, novel “First Girl” yang baru saja terbit tahun 2015 saja sudah beliau rencanakan menjadi 4 seri. Dan seri keduanya yang berjudul “Second Heart” juga sudah kubaca. “Third Party”, itulah judul dari seri ketiga novelnya. Judul seri keempatnya sudah keluar, namun entah kenapa tiba-tiba aku lupa untuk mengingatnya. Yang jelas ketika buku itu telah terbit, aku akan langsung membelinya. Sukses terus untukmu Kak Luna Torashyngu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impression

“Shariaaa tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat sedikit rok biru dongker nya agar langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah kakinya yang tergesa. Sementara di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya. “ Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan diri. “ Hueh dipanggilin daritadi juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang terletak di koridor paling ujung. “Salah sendiri...

A Pathetic Love

Gadis berambut sepinggang dengan aksesori serba  pink  itu menyusuri koridor sekolah tanpa semangat. Berulang kali ia menghela napas berat, seakan tak kuat menghadapi hari ini. Beberapa pasang mata melihatnya dengan pandangan sinis, hal ini semakin membuat gadis itu merasa malas berada di sekolah. Kini, ia sudah bertekad kuat bahwa tak akan menemui laki-laki itu lagi. Sekalipun dulu sebelum kepindahannya mereka adalah sahabat karib, namun semuanya sudah terasa lain. Manusianya sama, namun rasa di antara mereka sudah berbeda. Sedikit manis, banyak pahitnya. Berbagai kasak-kusuk yang menyebut nama ‘Valda’ didengarnya sejak tadi, namun sama sekali tak dihiraukannya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis itu menghela napas lega ketika pintu kelasnya sudah semakin dekat, ia ingin segera masuk dan lepas dari pandangan mencemooh orang-orang di sekitarnya. Bukan semua orang memang, hanyalah kaum perempuan saja. Ketika ia memasuki kelas, hanya beberapa orang saja yang sudah da...

Secuil Cerita Tentang ODOP dan Aku

Menulis. Sesuatu hal yang menurut beberapa orang mudah. Awalnya, aku pun merasa begitu karena semua beban yang ada di ubun-ubun bisa kutuangkan dalam tulisan. Meskipun bentuknya benar-benar awut-awutan dan jauh dari kata benar. Selama itu, aku masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu hal yang mudah sebelum kutemukan komunitas menulis paling keren yang benar-benar kucintai ini. One Day One Post . Awal memasuki komunitas ini, aku merasa ketar-ketir juga karena takut tak bisa konsisten dalam menulis. Hingga akhirnya hari demi hari berlalu dan aku beserta 46 orang lainnya dinyatakan lulus dari ODOP. Tapi, perjuangan tak hanya sampai di situ saja. Masih ada materi untuk kelas lanjutan yang mewajibkan anggotanya untuk memilih antara fiksi atau non fiksi. Dan karena kesenanganku adalah berkhayal, maka aku pun memilih fiksi untuk menjadi kelanjutan studiku. Masuk di kelas fiksi, aku merasa benar-benar bodoh. Tulisanku jauh sekali di bawah kawan-kawan seperjuangan yang rata-rata sudah...