Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Kala
itu, wanita menderita
Mereka
tak punya hak yang sama
Dibedakan
dari kaum pria
Tak
dapat pendidikan, tak dapat kebebasan
Terpenjara dalam gelapnya dunia
Terperosok dalam jurang kebodohan
Berjalan terseok dan tertatih
Tanpa arah, tanpa tujuan
Hingga
akhirnya secercah cahaya datang
Sosok
pewujud beribu impian
Sosok
penghapus luka yang mendalam
Sosok
pembawa kesejahteraan
Beliau berdiri tegap di sana
Menyerukan semangat kaum wanita
Mengajak mereka untuk bangkit
berdiri
Untuk melawan diskriminasi
Beliau
tegar hadapi rintangan
Lawan
segala penjajahan
Penjajahan
yang tak kenal siapa
Yang
hanya meninggalkan duka
Beliau wanita tegar
Wanita pejuang tak kenal lelah
Seorang pejuang pemberi harapan
Harapan berkilau bak lentera dalam
kegelapan
Raden
Ajeng Kartini
Beliaulah
pejuang itu
Pejuang
yang tak pernah gentar
Pejuang
emansipasi wanita
“Raden
Ajeng Kartini, pencetus Habis Gelap Terbitlah Terang”
“Raden
Ajeng Kartini, yang slalu terkenang dalam hati”
Komentar
Posting Komentar