Langsung ke konten utama

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Unexpected Meeting-5

"AssalamualaikumShefa pulaangg, ucap Shefa memberi salam sambil memasuki rumah. Di waktu yang bersamaan, Shefi menuruni anak tangga dengan tank top putih lengkap dengan cardigan maroon dan short pants putih, tak lupa tas kecil yang berwarna maroon juga sudah tersampir di bahunya.
"Shefi, kamu mau ke mana?" tanya Shefa simpatik, karena setaunya Shefi sedang tak enak badan tadi pagi.
"Jalan sama Rio, kenapa? Ada yang salah?" jawab Shefi ketus tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Bukan salah, tapi tadi pagi kata mama kamu gak enak badan. Kok sekarang udah mau jalan? Yakin udah kuat Fi?" jawab Shefa khawatir. Wajar saja ia mengkhawatirkan kembarannya itu, ikatan batin antara dua orang yang kembar memang amat kuat.
"Alaah gausah sok care deh lo! Pake nanya-nanya segala lagi. Lagipula ya, gue tadi pagi itu gak sakit, cuman pusing bentar doang, ya emang niatnya bolos,” jawab Shefi santai sambil memainkan kukunya yang dilapisi kuteks warna maroon.
"Apa? Jadi kamu bohong ke mama sama ayah?" Shefa benar-benar terperanjat, beraninya Shefi berbohong sekarang?
"Iya, kenapa? Biasa aja kali gak usah alay gitu. Udah deh sana cepetan masuk, gue gak mau lo ketemu sama Rio, yang ada dia ntar malah ngeliatin lo lagi. Sana sana masuk cepetan!" ucap Shefi mengusir kakaknya, ia juga sempat mendorong punggung Shefa dengan kasar. Shefa hanya bisa mengelus dada diperlakukan seperti itu oleh kembarannya.
Ia masih tak habis pikir akan kelakuan kembarannya yang makin buruk itu. Sayangnya, mama dan ayahnya belum menyadari akan hal ini. Ingin hati Shefa memberitahukan hal ini pada orang tuanya, tapi ia juga kasian apabila kembaran tersayangnya itu dimarahi oleh mereka.
Shefa pun membuka ponselnya dan membuat postingan baru di sana.
The most bad day!
Tak lama kemudian,
Tuing tuing
Shefa sedang berada di kamar mandi jadi ia tidak mendengar bila ponselnya baru saja berbunyi. Lima belas menit kemudian, Shefa sudah keluar dari kamar mandi, pakaiannya sudah ganti dengan baju rumahan dan rambutnya tampak basah. Tangan kirinya memegang handuk dan mengusapkannya di rambutnya yang basah, sedangkan tangan kanan ia gunakan untuk meraih ponselnya di nakas dekat tempat tidurnya.
Baru saja ponsel itu ia tinggal selama lima belas menit untuk mandi, namun sudah ada 15 notifikasi pula yang masuk ke ponselnya. Shefa mengernyit samar, kira-kira siapa yang menghubunginya hingga sebanyak itu? Benar-benar spam. Karena penasaran, Shefa pun langsung membukanya, siapa gerangan yang membuat ponsel Shefa ramai saat ini?
Saat sudah terbuka, wajah Shefa yang awalnya penasaran pun langsung berubah masam. Helaan nafasnya berubah geram dan bola matanya memutar dengan kesal. Ternyata yang baru saja spamming di akun linenya adalah curut mesum itu. Sekali lagi Shefa menghela nafasnya dengan geram, untuk apa curut itu ngechat dia lagi? Belum cukupkah sikap cueknya tadi?
Nothing! : Ada apa sih Shefa kok statusnya kayak gitu?
Nothing! : Apakah ada masalah Shefa?
Nothing! : Kamu bisa cerita ke aku kok Shef kalau ada masalah, jangan malu-malu
Nothing! : Shefakuuu
Nothing! : Shefaaaaa
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : Kok a'a telpon gak diangkat sihh? Angkat dongg Shefa!
Nothing! 1 missed call.
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : Shefa kok gak diangkat sih?
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! Ya minimal di read gitu deh kalo gak mau ngangkat Shef.
Nothing! Shefaku
Nothing! Shefa bales ya.
Baru saja ia selesai membaca seluruh chat dari si curut, lelaki itu sudah menelfonnya lagi. Shefa yang benar-benar malas untuk berurusan lagi dengannya pun langsung mereject telfon dari lelaki itu. Namun, cowok itu masih saja terus mencoba menghubunginya, meski langsung direject oleh Shefa. Karena merasa sangat terganggu, akhirnya Shefa pun mematikan notifikasi dari curut itu.
Read 16.13
Shefa sama sekali tak menghiraukan apa pun yang dilakukan oleh laki-laki yang menurutnya menyebalkan itu. Terserah lelaki itu mau jungkir balik ataupun berguling-guling di tanah, itu sama sekali bukan urusan Shefa dan ia tak peduli. Kini handuk yang dipegang Shefa telah berpindah ke tangan kanan, sedangkan ponselnya sudah ia letakkan kembali di nakas. Setelah merasa rambutnya cukup kering, handuk tadi langsung ia bawa kembali ke kamar mandi.
Sekembalinya dari kamar mandi, Shefa langsung membanting tubuhnya di spring bed yang ada di kamarnya. Tubuhnya sempat memantul-mantul beberapa detik sebelum akhirnya berhenti. Matanya memejam rapat dan helaan nafasnya panjang, seperti ingin melepaskan semua beban yang ada. Ia ingin sekali refreshing, tapi ia tak tau akan ke mana.
Tuing tuing
Shefa langsung membuka mata, ia baru saja akan bangun untuk mengambil ponselnya saat ia teringat satu hal. Jangan-jangan yang membuat ponselnya berbunyi hanyalah si cosum itu. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mengabaikan ponselnya.
Tuing tuing
Shefa pun akhirnya memutuskan untuk mengambil ponselnya, barangkali ada sesuatu hal penting yang perlu segera ia tangani. Dering ponselnya tak hanya berbunyi sekali saja, namun hingga berkali-kali, dan ternyata itu dari sobatnya yang sejak siang tadi tak ia hiraukan. Sebenarnya ia hendak tak menghiraukannya lagi, namun nalurinya berkata bahwa sebaiknya ia membuka pesan dari Revi.
ReviAlsa : oyy sempakk
ReviAlsa : eh typo, sepaa maksudnya ehee
ReviAlsa : maapp ya sepp, jan marah lagi gitu dumss
ReviAlsa : ke taman komplek kuy, boring bgt nih!
                  Sekalian nyari cogan unyu getoo
Selesai membaca pesan dari Revi, Shefa malah bertambah malas. Dia kesal juga karena Revi hanya sedikit merasa bersalah akan apa yang telah ia perbuat. Namun, ajakan ke taman komplek sangat menggiurkan. Bukan untuk mencari cogan seperti apa yang diutarakan Revi, namun untuk menenangkan pikirannya yang terbebani.
ShefaHyl : Otw.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impression

“Shariaaa tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat sedikit rok biru dongker nya agar langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah kakinya yang tergesa. Sementara di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya. “ Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan diri. “ Hueh dipanggilin daritadi juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang terletak di koridor paling ujung. “Salah sendiri...

A Pathetic Love

Gadis berambut sepinggang dengan aksesori serba  pink  itu menyusuri koridor sekolah tanpa semangat. Berulang kali ia menghela napas berat, seakan tak kuat menghadapi hari ini. Beberapa pasang mata melihatnya dengan pandangan sinis, hal ini semakin membuat gadis itu merasa malas berada di sekolah. Kini, ia sudah bertekad kuat bahwa tak akan menemui laki-laki itu lagi. Sekalipun dulu sebelum kepindahannya mereka adalah sahabat karib, namun semuanya sudah terasa lain. Manusianya sama, namun rasa di antara mereka sudah berbeda. Sedikit manis, banyak pahitnya. Berbagai kasak-kusuk yang menyebut nama ‘Valda’ didengarnya sejak tadi, namun sama sekali tak dihiraukannya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis itu menghela napas lega ketika pintu kelasnya sudah semakin dekat, ia ingin segera masuk dan lepas dari pandangan mencemooh orang-orang di sekitarnya. Bukan semua orang memang, hanyalah kaum perempuan saja. Ketika ia memasuki kelas, hanya beberapa orang saja yang sudah da...

Secuil Cerita Tentang ODOP dan Aku

Menulis. Sesuatu hal yang menurut beberapa orang mudah. Awalnya, aku pun merasa begitu karena semua beban yang ada di ubun-ubun bisa kutuangkan dalam tulisan. Meskipun bentuknya benar-benar awut-awutan dan jauh dari kata benar. Selama itu, aku masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu hal yang mudah sebelum kutemukan komunitas menulis paling keren yang benar-benar kucintai ini. One Day One Post . Awal memasuki komunitas ini, aku merasa ketar-ketir juga karena takut tak bisa konsisten dalam menulis. Hingga akhirnya hari demi hari berlalu dan aku beserta 46 orang lainnya dinyatakan lulus dari ODOP. Tapi, perjuangan tak hanya sampai di situ saja. Masih ada materi untuk kelas lanjutan yang mewajibkan anggotanya untuk memilih antara fiksi atau non fiksi. Dan karena kesenanganku adalah berkhayal, maka aku pun memilih fiksi untuk menjadi kelanjutan studiku. Masuk di kelas fiksi, aku merasa benar-benar bodoh. Tulisanku jauh sekali di bawah kawan-kawan seperjuangan yang rata-rata sudah...