Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
"Assalamu’alaikum, Shefa pulaangg,” ucap Shefa
memberi salam sambil memasuki rumah. Di waktu yang
bersamaan, Shefi menuruni anak tangga dengan tank top putih lengkap dengan cardigan maroon dan short pants putih, tak lupa tas
kecil yang berwarna maroon juga sudah tersampir di bahunya.
"Shefi, kamu
mau ke mana?" tanya Shefa simpatik, karena setaunya
Shefi sedang tak enak badan tadi pagi.
"Jalan sama
Rio, kenapa? Ada yang salah?" jawab Shefi ketus tanpa mengalihkan
pandangan dari ponselnya.
"Bukan
salah, tapi tadi pagi kata mama kamu gak enak badan. Kok
sekarang udah mau jalan? Yakin udah kuat Fi?" jawab Shefa khawatir. Wajar saja ia mengkhawatirkan kembarannya itu, ikatan batin antara dua
orang yang kembar memang amat kuat.
"Alaah
gausah sok care deh lo!
Pake nanya-nanya segala lagi. Lagipula ya, gue tadi pagi itu gak sakit, cuman pusing bentar doang, ya emang niatnya
bolos,” jawab Shefi santai
sambil memainkan kukunya yang dilapisi kuteks warna maroon.
"Apa? Jadi kamu
bohong ke mama sama ayah?" Shefa benar-benar
terperanjat, beraninya Shefi berbohong sekarang?
"Iya,
kenapa? Biasa aja kali gak usah alay gitu. Udah deh sana cepetan masuk, gue gak
mau lo ketemu sama Rio, yang ada dia ntar malah ngeliatin lo lagi. Sana sana
masuk cepetan!" ucap Shefi mengusir kakaknya, ia juga sempat mendorong punggung Shefa dengan kasar. Shefa hanya bisa mengelus dada diperlakukan seperti
itu oleh kembarannya.
Ia masih tak habis pikir akan kelakuan kembarannya
yang makin buruk itu. Sayangnya, mama dan ayahnya belum menyadari akan hal ini.
Ingin hati Shefa memberitahukan hal ini pada orang tuanya, tapi ia juga kasian
apabila kembaran tersayangnya itu dimarahi oleh mereka.
Shefa pun
membuka ponselnya dan membuat postingan baru di sana.
The most bad day!
Tak lama kemudian,
Tuing tuing
Shefa sedang
berada di kamar mandi jadi ia tidak mendengar bila ponselnya baru saja berbunyi. Lima belas menit kemudian, Shefa sudah keluar dari kamar mandi,
pakaiannya sudah ganti dengan baju rumahan dan rambutnya tampak basah. Tangan
kirinya memegang handuk dan mengusapkannya di rambutnya yang basah, sedangkan
tangan kanan ia gunakan untuk meraih ponselnya di nakas dekat tempat tidurnya.
Baru saja ponsel itu ia tinggal selama lima belas
menit untuk mandi, namun sudah ada 15 notifikasi pula yang masuk ke ponselnya.
Shefa mengernyit samar, kira-kira siapa yang menghubunginya hingga sebanyak
itu? Benar-benar spam. Karena penasaran, Shefa pun langsung membukanya, siapa
gerangan yang membuat ponsel Shefa ramai saat ini?
Saat sudah terbuka, wajah Shefa yang awalnya penasaran
pun langsung berubah masam. Helaan nafasnya berubah geram dan bola matanya
memutar dengan kesal. Ternyata yang baru saja spamming di akun linenya
adalah curut mesum itu. Sekali lagi Shefa menghela nafasnya dengan geram, untuk
apa curut itu ngechat dia lagi? Belum
cukupkah sikap cueknya tadi?
Nothing! : Ada apa sih Shefa kok statusnya kayak gitu?
Nothing! : Apakah ada
masalah Shefa?
Nothing! : Kamu bisa cerita ke aku kok Shef kalau ada masalah,
jangan malu-malu
Nothing! : Shefakuuu
Nothing! : Shefaaaaa
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : Kok a'a telpon gak diangkat sihh? Angkat dongg Shefa!
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : Shefa kok gak diangkat sih?
Nothing! : 1 missed call.
Nothing! : Ya minimal di read gitu deh kalo gak mau ngangkat Shef.
Nothing! : Shefaku
Nothing! : Shefa bales ya.
Baru saja ia selesai membaca seluruh chat dari si curut, lelaki itu sudah
menelfonnya lagi. Shefa yang benar-benar malas untuk berurusan lagi dengannya
pun langsung mereject telfon dari
lelaki itu. Namun, cowok itu masih saja terus mencoba menghubunginya, meski
langsung direject oleh Shefa. Karena
merasa sangat terganggu, akhirnya Shefa pun mematikan notifikasi dari curut
itu.
Read 16.13
Shefa sama sekali tak menghiraukan
apa pun yang dilakukan oleh laki-laki yang menurutnya menyebalkan itu. Terserah
lelaki itu mau jungkir balik ataupun berguling-guling di tanah, itu sama sekali
bukan urusan Shefa dan ia tak peduli. Kini handuk yang dipegang Shefa telah
berpindah ke tangan kanan, sedangkan ponselnya sudah ia letakkan kembali di
nakas. Setelah merasa rambutnya cukup kering, handuk tadi langsung ia bawa
kembali ke kamar mandi.
Sekembalinya dari kamar
mandi, Shefa langsung membanting tubuhnya di spring bed yang ada di kamarnya. Tubuhnya sempat memantul-mantul beberapa
detik sebelum akhirnya berhenti. Matanya memejam rapat dan helaan nafasnya
panjang, seperti ingin melepaskan semua beban yang ada. Ia ingin sekali refreshing, tapi ia tak tau akan ke
mana.
Tuing tuing
Shefa langsung membuka
mata, ia baru saja akan bangun untuk mengambil ponselnya saat ia teringat satu
hal. Jangan-jangan yang membuat ponselnya berbunyi hanyalah si cosum itu.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk mengabaikan ponselnya.
Tuing tuing
Shefa pun akhirnya memutuskan untuk mengambil
ponselnya, barangkali ada sesuatu hal penting yang perlu segera ia tangani.
Dering ponselnya tak hanya berbunyi sekali saja, namun hingga berkali-kali, dan
ternyata itu dari sobatnya yang sejak siang tadi tak ia hiraukan. Sebenarnya ia
hendak tak menghiraukannya lagi, namun nalurinya berkata bahwa sebaiknya ia
membuka pesan dari Revi.
ReviAlsa : oyy sempakk
ReviAlsa : eh typo, sepaa maksudnya ehee
ReviAlsa : maapp ya sepp,
jan marah lagi gitu dumss
ReviAlsa : ke taman komplek kuy, boring bgt nih!
Sekalian nyari cogan unyu getoo
Selesai
membaca pesan dari Revi, Shefa malah bertambah malas. Dia kesal juga karena
Revi hanya sedikit merasa bersalah akan apa yang telah ia perbuat. Namun,
ajakan ke taman komplek sangat menggiurkan. Bukan untuk mencari cogan seperti
apa yang diutarakan Revi, namun untuk menenangkan pikirannya yang terbebani.
ShefaHyl : Otw.
Komentar
Posting Komentar