Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Hanya rangkaian kata yang terlukis dalam diary lama. Hay sepotong kisah hidup yang telah berakhir sejak lama, semoga kau bahagia dengan dia. Meski rasa sakit ini masih mendera, namun ikhlaslah yang dapat kulakukan. Sudahlah, cerita tentang kita memang telah usai. Tak perlu lagi mengungkit masa lalu di mana kita masih bersama, karena pada dasarnya waktu untuk kita memang telah habis termakan masa. Dan sekarang, adalah waktumu untuk bersamanya. Pergilah kau menjauh tanpa menengok ke belakang lagi. Tak perlu mengingat tentangku ataupun memikirkanku. Aku baik-baik saja di sini walaupun tanpamu, setidaknya begitulah yang selalu kuusahakan. Kau hanya perlu meniti masa depanmu dengannya sebaik mungkin, jangan sampai berakhir tak menyenangkan seperti kita.
Kau, lelaki di ujung sana yang sedang bercanda dengan dia. Semoga kau selalu bahagia dan dalam lindungan Yang Maha Kuasa.
Komentar
Posting Komentar