Langsung ke konten utama

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Unexpected Meeting-4

It's time to have first break.
"Baik murid murid, tugas untuk kalian halaman 45 sampai 48 di buku tugas, pertemuan berikutnya harus dikumpulkan. Sekian, assalamualaikum, ucap Bu Atik mengakhiri pelajaran matematika hari ini.
Semua murid kelas XI-MIPA 1 pun langsung berdiri untuk bersalaman dengan beliau. Memang sudah menjadi kebiasaan dari kelas XI-MIPA 1 tiap pergantian pelajaran semua muridnya satu persatu menyalami guru yang baru selesai mengajar. Agar dapat berkah dari semua guru tentu saja.
"Hoamm, akhirnyaaa selesai juga nih pelajaran matematika, mati matian banget emang!" keluh Revi sambil menguap lebar.
Shefa hanya melirik sahabatnya itu sebentar dan tetap melanjutkan beres-beres peralatan tulisnya.
"Kantin yuk,” ajak Shefa pada Revi yang sedang bermain main dengan ponsel Shefa.
"Yukkk, nih handphone lo, jawab Revi semangat sambil senyum senyum penuh misteri.
"Ngapain senyam senyum Rev? Kesambet lagi?" tanya Shefa yang sedari tadi melihat sahabatnya senyum senyum sendiri kayak orang aneh.
"Ahh gapapaa kokk, yukk langsung kantin ajaa, jawab Revi bersemangat sambil melompat-lompat riang meninggalkan Shefa.
Shefa hanya geleng-geleng melihat perilaku sahabatnya itu, emang Revi kalo lagi kumat gilanya suka gatau malu di mana pun tempatnya. Shefa pun menyejajarkan langkahnya dengan Revi sambil melihat-lihat sekitar. Sesekali ia tersenyum ramah pada orang orang yang menyapanya.
Sesampainya di kantin, seperti biasa Shefa langsung mencari tempat duduk dan Revi memesan makanan untuk mereka berdua. Sambil menunggu makanannya datang, Shefa pun membuka handphonenya.
You have a new message!
Shefa mengernyitkan dahinya heran, tidak biasanya ada 2 pesan baru di line nya kecuali dari grup kelas dan Revi sahabatnya. Shefa pun membuka aplikasi line dan langsung melotot karenanya.
OMG kenapa nih curut ngechat akuuu!!!!
RaditkuAkhirnya di acc jugaa yeaaayyy
Raditku : Hayy Shefa, lagi apa??
Username nya benar benar alay dan chat nya juga sungguh menjijikkan bagi Shefa. Dengan segera, Shefa pun langsung mengganti username Radit menjadi "Nothing!"
Read 09.40
"Bidadari penolong para manusia kelaparan datang, tring tring tringgg, ucap Revi dengan pedenya sambil berputar-putar bak malaikat cacingan. Shefa hanya memutar bola matanya malas, sudah terbiasa dengan tingkah sahabatnya yang selalu di luar batas wajar manusia normal.
Setelah sepiring nasi goreng berada di depannya, Shefa pun langsung memakannya dengan rakus. Maklum, Shefa ini tipe orang yang mudah lapar, meskipun sudah sarapan cukup di rumah tadi, jam istirahat pertama ia sudah kelaparan.
"Oiya Rev, kamu tadi buka apa aja waktu pinjem handphoneku?" tanya Shefa setelah sepiring nasi goreng dan dua piring siomay habis ditelannya. Benar-benar hobi makan, namun anehnya ia sama sekali tidak overweight.
"Cuman buka beberapa aplikasi aja kok, kenapa emang? jawab Revi santai sambil melahap baksonya.
"Apa aja? Kok ada yang aneh gitu, jawab Shefa sambil mengernyit bingung. Revi hanya tersenyum misterius sambil melanjutkan makannya.
Tuing tuing
Handphone Shefa berbunyi lagi, ternyata ada notifikasi dari line.
Nothing! : Kok cuman di R aja Shef?
Read 09.59
Shefa pun cemberut karena hal itu, dia juga tetap tak berniat untuk membalas karena menurutnya hal itu sama sekali tak penting.
"Kenapa Shef? Siapa yang nge-chat?" tanya Revi sambil menyedot jus alpukat yang dipesannya tadi.
"Curut mesum itu tuh yang nge-line! Aku juga bingung, siapa ya yang nge-accept tuh anak di handphoneku, padahal kan aku gak accept dia! Mana username nya kayak gitu pula, ih jijik lah pokoknya!" cerocos Shefa berapi-api.
Entah kenapa, Revi pun langsung ketawa ngakak karena ucapan Shefa, hingga hampir seluruh orang yang ada di kantin melihat ke meja tempat Shefa dan Revi duduk. Shefa hanya memasang muka datar karena sudah sangat terbiasa dengan tingkah sobatnya satu ini.
"Udah? Puas ketawanya? Ngapain sih ketawa sampek segitunya?" tanya Shefa datar.
"Bangettt!! Huahahaahahaa,” jawab Revi sambil masih ketawa sedikit.
Shefa hanya memandang Revi datar dan meminum jus stroberi pesanannya hingga tandas. Setelah itu, ia langsung pergi keluar kantin tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Revi menatap kepergian sahabatnya itu dengan geli, ia pun cepat-cepat menghabiskan jus alpukatnya dan menyusul Shefa yang sudah jalan duluan.
"Sepaaa!! Lu marah ya? Hehee,” panggil Revi dengan muka cengengesan dan agak tergopoh-gopoh karena langkah Shefa yang begitu cepat.
"Gak! Lagian ngapain sih ketawa sampek segitunya? Gak lucu tau!" jawab Shefa cemberut.
"Iye iye maapp kalii. Oiya, sebenernya yang accept Radit di handphonemu itu aku Shef. Maapp yaa, abis geregetan sihh, kamu kok belum pernah gitu deket sama cowok sampek sekarang, ucap Revi dengan muka tanpa dosa.
"Hah? Jadi lo yang accept tuh curut mesum? Ih gue kan gak suka tuh orang! Ngapain lo acceptYang ganti username nya juga lu ya? Ih males banget!" ucap Shefa langsung berlari ke kelasnya. Ia kesal, sangat kesal! Dan ia juga tak menyadari kalau mungkin ucapannya kasar, ia sangat tak peduli akan hal itu saat ini.
Selama pelajaran keempat hingga pulang sekolah, Shefa mengabaikan  Revi. Meskipun diajak bercanda atau apapun, ia tetap diam tak menganggap keberadaan Revi. Dia amat kesal pada Revi karena sudah mencampuri urusan pribadi yang sensitif baginya.

Komentar

  1. Wah asyiik...cerita anak sekolah
    Penasaran nih kisah cinta raditya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe cerita klise nih kak ^^ makasihh kak udah mampir ^^

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impression

“Shariaaa tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat sedikit rok biru dongker nya agar langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah kakinya yang tergesa. Sementara di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya. “ Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan diri. “ Hueh dipanggilin daritadi juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang terletak di koridor paling ujung. “Salah sendiri...

A Pathetic Love

Gadis berambut sepinggang dengan aksesori serba  pink  itu menyusuri koridor sekolah tanpa semangat. Berulang kali ia menghela napas berat, seakan tak kuat menghadapi hari ini. Beberapa pasang mata melihatnya dengan pandangan sinis, hal ini semakin membuat gadis itu merasa malas berada di sekolah. Kini, ia sudah bertekad kuat bahwa tak akan menemui laki-laki itu lagi. Sekalipun dulu sebelum kepindahannya mereka adalah sahabat karib, namun semuanya sudah terasa lain. Manusianya sama, namun rasa di antara mereka sudah berbeda. Sedikit manis, banyak pahitnya. Berbagai kasak-kusuk yang menyebut nama ‘Valda’ didengarnya sejak tadi, namun sama sekali tak dihiraukannya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis itu menghela napas lega ketika pintu kelasnya sudah semakin dekat, ia ingin segera masuk dan lepas dari pandangan mencemooh orang-orang di sekitarnya. Bukan semua orang memang, hanyalah kaum perempuan saja. Ketika ia memasuki kelas, hanya beberapa orang saja yang sudah da...

Secuil Cerita Tentang ODOP dan Aku

Menulis. Sesuatu hal yang menurut beberapa orang mudah. Awalnya, aku pun merasa begitu karena semua beban yang ada di ubun-ubun bisa kutuangkan dalam tulisan. Meskipun bentuknya benar-benar awut-awutan dan jauh dari kata benar. Selama itu, aku masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu hal yang mudah sebelum kutemukan komunitas menulis paling keren yang benar-benar kucintai ini. One Day One Post . Awal memasuki komunitas ini, aku merasa ketar-ketir juga karena takut tak bisa konsisten dalam menulis. Hingga akhirnya hari demi hari berlalu dan aku beserta 46 orang lainnya dinyatakan lulus dari ODOP. Tapi, perjuangan tak hanya sampai di situ saja. Masih ada materi untuk kelas lanjutan yang mewajibkan anggotanya untuk memilih antara fiksi atau non fiksi. Dan karena kesenanganku adalah berkhayal, maka aku pun memilih fiksi untuk menjadi kelanjutan studiku. Masuk di kelas fiksi, aku merasa benar-benar bodoh. Tulisanku jauh sekali di bawah kawan-kawan seperjuangan yang rata-rata sudah...