Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Pancaran mentari pagi membelai lembut
Kala ku memulai hari yang baru
Desingan mesin jadi rutinitas merdu
Kala kuda mesin ini mulai melaju
Udara pagi menyapu pipiku pelan
Aroma tanah basah menerobos pernapasan
Jalanan masih sendu, sehabis menumpahkan
rindu
Dan aku, menyeruak di tengah rindu
Banyak persepsi tentangmu bertebaran
Namun, kau dengan anggunnya tak mempermasalahkan
Ada yang bilang kau sumber ilmu
Namun ada pula yang berkata bahwa kau perenggut kebebasan
Dan aku, perempuan biasa yang hobi
membaca
Menurutku, kau bagaikan gudang ilmu
Di mana pun aku menapaki jalan
Kau selalu menebarkan ilmu milikmu
Kau pula yang mengajarkanku arti kehidupan
Arti persahabatan
Arti cinta
Dan arti pengkhianatan
Kau berhasil membuat segala emosiku
meluap
Kau berhasil membuat tangis
Namun kau juga melukis canda
Bahagia, tertawa, dan terluka
Itulah kehidupan
Sekolahku yang tercinta
Begitu banyak ingatan tentangmu yang tersimpan
Begitu banyak sudut sekolah yang terkenang
Dan begitu banyak pula luka yang mengajarkanku arti
kehidupan
Terima kasih atas segalanya
Wahai sekolahku yang tercinta
Komentar
Posting Komentar