Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
“Kita ke mana Rev?” tanyaku sambil mengutak-atik smartphoneku. Sekadar memberi kabar pada
mama bahwa pulangku nanti lebih lambat.
“Ke Bukit Daun aja ya? Pokok ke Bukit Daun titik,”
jawab Revi. Dia memang begitu, selalu saja memaksa. Namun aku sudah biasa.
Setelah masuk ke Bukit Daun, entah kenapa pikiranku langsung fresh menatap
pemandangan yang ada di sekitar. Revi benar, renang di Bukit Daun memang bisa
membuat mata, pikiran, serta hatiku lebih adem dan tenang.
***
"Gak nyemplung?" tanya Revi yang sudah berganti baju dan
sekarang sedang merapikan rambut sebahunya yang kekinian itu.
"Yaiyalah, ntaran tungguin aku ganti
dulu,” jawabku cepat lalu langsung lari ke ruang ganti.
Sebelum keluar ruang ganti, aku melihat pantulan diriku sendiri di
cermin, tidak terlalu ketat dan panjang, aku memang selalu memakai baju renang
lengan panjang dengan bawahan selutut. Setidaknya aku masih tau etika dan sopan
santun.
Setelah merasa kalau
pakaianku sopan, aku pun keluar ruangan dan langsung
menghampiri tasku yang tadinya di sana ada Revi. Tapi saat aku ke sana,
ternyata Revi udah gak ada di tempat.
Aku pun mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari cari di mana
keberadaan Revi, tapi gak ketemu juga. Akhirnya aku memilih untuk duduk di sisi
kolam sambil memainkan kaki di air, mencoba beradaptasi dengan dinginnya air di sini.
Saat sedang nyaman nyamannya main sama air dingin yang ada di sini,
tiba-tiba ada yang memegangi kedua kakiku, refleks aku pun langsung
nendang orang tersebut sekuat tenaga, gak sopan banget!
"Heh apaan sih! Gak sopan banget lu!" teriakku setelah
menendang orang tersebut dengan sekuat tenaga.
"Auww, sakit kali! Eh, kamu
siapa?" dia terkejut sambil mengusap usap wajahnya yang tampak mulai
memerah. Dari suaranya sih
kayaknya cowok.
"Harusnya gue yang tanya, lo siapa? Seenaknya megang megang
kaki gue, lo pikir gue apaan hah?!" bentakku marah. Mungkin bila bisa
digambarkan, sudah muncul tanduk kali di atas kepalaku ini.
"Hehe
sorry, aku kira kamu temenku. Maaf ya
cantik," jawabnya dengan senyum yang dibuat sok ganteng. Cih! "By the way, namaku Radit, Raditya Atkinson,” ucapnya lagi sambil tersenyum. Muak banget liatnya.
"Gaada yang nanya!" jawabku ketus lalu langsung pergi ninggalin cowok gak punya malu itu, masih kesel aja dia
seenaknya pegang-pegang kakiku.
"Eh, tunggu! Nama kamu siapa?" teriak
dia lagi.
Aku pura pura tidak mendengar ucapannya dan tetep lanjut jalan seolah gak ada hal apa
pun yang terjadi. Tak ku sangka, ternyata dia ngejar aku! Niat
amat sih, keliatan banget playboy nya.
"Tungguu! Nama kamu siapa?" dia berdiri di depanku, menghalangi langkahku. Terpaksa aku pun berhenti.
Aku pun langsung balik badan, berniat menghindari cowok itu, tapi
dia narik tanganku. Diulangi, DIA NARIK TANGANKU!
"Apa sih?! Lepas!" refleks aku langsung menyentakkan
tanganku yang ditariknya, tapi pegangannya terlalu kuat untuk tenagaku.
"Kamu marah sama aku?" tanyanya sambil tersenyum sok ganteng kayak tadi, dan masih menarik tanganku.
"Gak. Lepasin!" jawabku jutek sambil menggeliatkan
tanganku biar lepas dari pegangan dia.
"Kenapa gamau jawab pertanyaanku?"
tanya dia lagi.
"Harus emangnya?" tanyaku lagi dan langsung balik badan.
"Eittt.. Buru buru aja nengg,” dia
menghalangi langkahku lagi.
"Pergi atau gue teriak begal!" jawabku amat kesal dan frustasi. Ini cowok maunya apa
sih?
"Teriak aja kalo berani!" jawabnya dengan tatapan yang
tidak bisa diartikan.
"BEG!! Hmphhhh,” belum selesai teriak, mulutku sudah dibekap
sama tangan dia.
"Ternyata kamu punya nyali juga ya manis,”
ucapnya dengan pandangan meremehkan. Aku gak suka diremehin!
Refleks aku pun ngegigit tangan dia dan kakiku nendang dia lagi,
untung aja dulu aku sempet belajar silat dikit dikit.
"Auwww! Gila lu ya, cantik cantik setengah cowok!"
teriaknya sambil mengibaskan tangannya yang memerah hampir berdarah bekas
gigitanku.
"Bodo amat!", jawabku santai sambil melenggang pergi
meninggalkan dia yang masih menatapku nanar.
**
Setelah puas main air dan berusaha buat me-refresh pikiran lagi, aku pun ngajak Revi pulang, ternyata tadi dia main di
wahana anak-anak makanya aku nyari ke mana-mana gak ketemu. Dasar remaja
setengah bayi!
Malam harinya, aku belajar seperti biasa, besok nggak ada ujian sih, jadi aku agak santai belajarnya, ada tugas tapi udah selesai.
Di tengah asiknya berkutat dengan matematika, tiba tiba Revi ngirim chat lewat line.
Habis ini bakal ada yang add kamu di line. Harus diaccept!
Dih apaan coba, maksa
banget.
Lalu beberapa detik kemudian,
Raditya Atkinson add you as a
friend.
What? Bukannya ini cowo agak mesum yang tadi ya?
ShefaHyl : Kok cecurut bukit daun itu bisa tau id lineku sih? Lu ya yang ngasi tau?
ReviAlsa : Kok cecurut sih? Orang cogan gitu dikata cecurut.
Udah jangan banyak omong lu accept aja!
ShefaHyl : Emang pantes dikata cecurut. Males ah! Gakenal
juga.
ReviAlsa : Maka dari itu di accept aja Shef! Sapa tau jodoh lu ye kan :'v
Apaan coba si Revi ini.
ShefaHyl : Pokoknya gabakal gue accept.
Setelah itu aku pun langsung matiin data seluler dan lanjut belajar
matematika. Pukul 21.30 tepat, aku udah selesai belajar, dan sekarang aku
dilanda kesuwungan yang amat sangat. Enaknya ngapain ya? Tidur aja deh.
**
Author POV
Drttt drttt drttt drttt
Dengan mata masih tertutup dari balik selimut tebal, Shefa meraba
raba meja kecil di samping tempat tidurnya, berusaha mengambil smartphonenya untuk mematikan alarm. Namun setelah alarmnya mati, bukannya langsung bangun dan shalat tapi malah
tidur lagi. Dasar kebo!
Selama 30 menit Shefa masih melanjutkan tidurnya, tidak menyadari
bahwa waktu berlalu begitu cepat dan sekarang sudah jam setengah
6 pagi.
Bruk!
Shefa terjatuh dari tempat tidur. Anehnya, dia tidak merasakan kalau
dirinya terjatuh dari tempat tidur dan tetap tidur dengan pulasnya.
"Shefaa cepat bangun! Sudah jam segini masih tidur aja, kamu
terlambat nanti! Sudah jam setengah 7 Shefa!" ucap mama Shefa sambil mengguncang tubuh Shefa.
"Hah? Setengah 7 mah? Gilaaaa waktunyaa pikettt!!!" Shefa
pun langsung membuka mata lebar lebar dan berlari ke kamar mandi cepat cepat.
"Dasar Shefa! Kalo gak diginiin pasti susah bangun", ucap
mama Shefa geleng-geleng sambil keluar kamar untuk menyiapkan sarapan.
Komentar
Posting Komentar