Langsung ke konten utama

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Fatamorgana PROLOG







Terkadang untuk merasakan bahwa seseorang berarti untuk kita,
kehilangan adalah salah satu
caranya.



      Hari demi hari kulalui dengan malas, aku tak kuat lagi menahannya, aku sungguh ingin pindah. Andai dapat kuputar waktu, ingin rasanya ku kembali ke masa lalu. Di mana keadaan tidak seburuk ini, dan hati tidak seperih ini.

      Kini, sudah tak ada lagi sosok yang selalu mendukung di setiap cita-citaku. Tak ada lagi sosok yang selalu khawatir dengan keadaanku. Tak ada lagi sosok yang selalu menungguku sepulang sekolah, menyambutku dengan kasih sayang. Tak ada lagi sosok yang selalu sabar dengan segala tingkah lakuku.
      Tak ada lagi sosok yang menyayangiku setulus hati. Tak ada lagi sosok yang selalu memberiku semangat dalam lika liku di setiap kehidupanku. Andai saat itu waktu berpihak kepadaku, mungkin aku tidak akan merasa se-menyesal ini.
Flashback on
"Mas sadarlah, carilah pekerjaan untuk anak kita mas, dia sudah mulai remaja, dia butuh banyak biaya mas!"
"DIAMLAH! KALAU INGIN CERAMAH, JANGAN DI SINI! AKU PUN GAK PEDULI SAMA KAU DAN ANAK BIADAB ITU! APA KAU MENGERTI!"
"Astaghfirullah mas, mas ini ngomong apa, istighfar mas istighfar!"
"AHH PERGI SANA! GAK USAH MENGANGGU KESENANGANKU! SETELAH INI AKU AKAN MENCERAIKANMU SAJA, KAU TERLALU BERISIK DAN TERUS MENGGANGGUKU!"
Flashback off
"Nah, di sinilah sekolah barumu Shefa, tante yakin kamu pasti bisa beradaptasi dengan baik di sekolah ini, murid di sini tentunya berbeda jauh daripada yang ada di sekolahmu, semangat yaa!" ucap seorang wanita berhijab panjang nan syar'i di depan Sekolah Menengah Atas favorit di kota ini.
"Iya tante, terima kasih banyak," jawab seorang gadis dengan perawakan sedang yang juga berhijab, ia nampak seperti siswi culun yang kurang pergaulan. Dialah yang bernama 'Shefa' tadi.
"Yuk tante antar ke ruang Tata Usaha untuk mengurus administrasi," ucap wanita tadi.
"Baik tante," jawab Shefa sambil menunduk.

Komentar

  1. Sudah kewajiban seorang kepala keluarga untuk menafkahi, termasuk untuk biaya sekolah anak.
    Ceritanya sedih

    BalasHapus
  2. Jadi ceritanya si shefa ninggalin orangtuanya ya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impression

“Shariaaa tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat sedikit rok biru dongker nya agar langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah kakinya yang tergesa. Sementara di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya. “ Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan diri. “ Hueh dipanggilin daritadi juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang terletak di koridor paling ujung. “Salah sendiri...

A Pathetic Love

Gadis berambut sepinggang dengan aksesori serba  pink  itu menyusuri koridor sekolah tanpa semangat. Berulang kali ia menghela napas berat, seakan tak kuat menghadapi hari ini. Beberapa pasang mata melihatnya dengan pandangan sinis, hal ini semakin membuat gadis itu merasa malas berada di sekolah. Kini, ia sudah bertekad kuat bahwa tak akan menemui laki-laki itu lagi. Sekalipun dulu sebelum kepindahannya mereka adalah sahabat karib, namun semuanya sudah terasa lain. Manusianya sama, namun rasa di antara mereka sudah berbeda. Sedikit manis, banyak pahitnya. Berbagai kasak-kusuk yang menyebut nama ‘Valda’ didengarnya sejak tadi, namun sama sekali tak dihiraukannya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa. Gadis itu menghela napas lega ketika pintu kelasnya sudah semakin dekat, ia ingin segera masuk dan lepas dari pandangan mencemooh orang-orang di sekitarnya. Bukan semua orang memang, hanyalah kaum perempuan saja. Ketika ia memasuki kelas, hanya beberapa orang saja yang sudah da...

Secuil Cerita Tentang ODOP dan Aku

Menulis. Sesuatu hal yang menurut beberapa orang mudah. Awalnya, aku pun merasa begitu karena semua beban yang ada di ubun-ubun bisa kutuangkan dalam tulisan. Meskipun bentuknya benar-benar awut-awutan dan jauh dari kata benar. Selama itu, aku masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu hal yang mudah sebelum kutemukan komunitas menulis paling keren yang benar-benar kucintai ini. One Day One Post . Awal memasuki komunitas ini, aku merasa ketar-ketir juga karena takut tak bisa konsisten dalam menulis. Hingga akhirnya hari demi hari berlalu dan aku beserta 46 orang lainnya dinyatakan lulus dari ODOP. Tapi, perjuangan tak hanya sampai di situ saja. Masih ada materi untuk kelas lanjutan yang mewajibkan anggotanya untuk memilih antara fiksi atau non fiksi. Dan karena kesenanganku adalah berkhayal, maka aku pun memilih fiksi untuk menjadi kelanjutan studiku. Masuk di kelas fiksi, aku merasa benar-benar bodoh. Tulisanku jauh sekali di bawah kawan-kawan seperjuangan yang rata-rata sudah...