Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.
Apakah ada yang salah denganku?
Apakah tutur kataku aneh?
Apakah sikapku tidak wajar?
Apakah aku kurang sopan?
Tidak.
Kata tante aku tidak bersalah.
Lalu,
Mengapa aku dijauhi?
Mengapa aku dianggap remeh?
Mengapa aku direndahkan?
Mengapa aku selalu dibully?
Mengapa aku tak pernah dianggap?
Mengapa Ya Allah?
**
"Assalamu'alaikum, selamat pagi murid-murid," ucap seorang guru berperawakan tinggi sambil memasuki sebuah kelas di SMA Harapan.
"Pagi buu," jawab beberapa murid dengan malas.
"Hari ini, ibu punya kabar baik untuk kalian."
"Kabar baik apa bu? Mau ngasih kita libur tambahan ya?" tanya seorang gadis berperawakan sedang dan berbaju ngetat sambil memainkan kukunya yang dilapisi kuteks jingga.
Guru tersebut hanya menggeleng singkat lalu berjalan ke arah pintu kelas.
"Mari masuk nak," ucap guru itu sambil berbicara dengan seseorang.
"Ba..baik bu"
Murid baru itu pun masuk ke dalam kelas dengan perlahan sambil menunduk. Ia tidak berani menatap sekelilingnya, entah kenapa.
"Baik murid-murid, ini adalah teman baru kalian, pindahan dari Jakarta. Silahkan perkenalkan diri kamu nak," ternyata di kelas tersebut ada murid baru.
"Perkenalkan, namaku Shefa," gadis itu menjawab dengan seperlunya saja.
Semua orang menatap Shefa dari tempat masing-masing, menunggu kelanjutan omongan Shefa.
Tetapi setelah ditunggu hingga 2 menit, Shefa tak mengucapkan sepatah kata pun.
"Baiklah, ada yang ditanyakan murid-murid?" guru itu berusaha memecahkan suasana hening yang ada.
Suasana sunyi senyap.
"Gak ada buu," sahut Alexa akhirnya mewakili teman-temannya.
"Baik kalau begitu, Shefa silahkan duduk di sana"
"I..iya bu," Shefa pun berjalan ke tempat duduknya sambil menunduk.
Ia masih tak berani menatap sekeliling.
It's time to have first break.
"Hay Shefa! Kenalin, namaku Rania," ucap seorang murid perempuan yang bertubuh agak gempal dan berjilbab panjang.
Shefa kaget dan gelagapan untuk menjawab, "Eh, ha..halo Rania".
"Kamu gak mau ke kantin Shef?" tanya Rania lagi.
"Eng..enggak deh. A..aku bawa bekal kok," Shefa menjawabnya dengan sangat kikuk, nampaknya dia sangat susah untuk beradaptasi.
"Oh gituu, yaudah aku ke kantin dulu yaa Shef," Rania pun tersenyum dan langsung melangkah pergi ke kantin.
"I..iya Rania,"
Terima kasih ya Allah, ternyata di sini muridnya ramah, alhamdulillah, semoga berkah dengan pindahnya aku ke sini. Akhirnya Shefa bisa bernafas lega.
Kita mulai di sini
BalasHapusSaling genggam jemari
Ucapkan janji
Menjadi teman sejati
:)