Langsung ke konten utama

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

First Impression

“Shariaaa tungguinnnn,” teriak seorang gadis berjilbab putih dari ujung koridor sambil mengangkat sedikit rok biru dongkernya agar langkahnya lebih leluasa. Bros berwarna merah dengan bentuk stroberi yang terpasang manis di kepala sebelah kirinya berayun-ayun kecil mengikuti setiap langkah kakinya yang tergesa.
Sementara di ujung koridor yang lain, gadis dengan seragam yang sama dengan gadis tadi masih berjalan santai tanpa menghiraukan teriakan kawannya itu. Langkahnya tetap sama, tanpa berkeinginan untuk mengurangi kecepatannya. Dari wajahnya tersirat senyuman iseng yang menyebalkan, tentu tanpa sepengetahuan kawannya.
Hoy Shariaaa!! Tungguinn!” teriak gadis itu lagi sambil menambah kecepatannya untuk menyusul kawannya yang sedang menulikan diri. “Hueh dipanggilin daritadi juga,” ucap gadis itu setelah bisa menyejajarkan langkahnya dengan gadis satunya, nafasnya lumayan terengah juga karena berlarian dari kelas mereka yang terletak di koridor paling ujung.
“Salah sendiri lama, ya tak tinggal,” sahut gadis yang diketahui bernama Sharia itu dengan cuek. Lagaknya benar-benar menyebalkan dan acuh.
Yee situ gak nyadar, tiap hari yang ngasih sontekan catetan siapa mak kalau bukan aku,” sahut gadis yang tadi berlarian di koridor hingga beberapa pasang mata menatap kelakuannya tadi.
“Duh aku kan anak rajin ya Shania, jadi gak pernah nyontek,” jawab Sharia sambil mengerlingkan matanya dengan nakal. Dandanan kedua gadis itu bisa dibilang hampir sama, bedanya hanya letak bros stroberi yang mereka pakai berada pada sisi kepala yang berbeda. Kata orang, wajah mereka mirip seperti anak kembar, padahal orang tua mereka berbeda.
“Ah terserah,” sahut gadis itu sambil mempercepat langkahnya menuju bagian minuman di kantin. Sementara Sharia hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat kawannya ngambek mendadak seperti itu. Ia sendiri lebih memilih menuju bagian makanan berat karena sejak pagi memang belum ada sesuap nasi pun yang masuk ke lambungnya.
Gadis dengan bros stroberi di kepala kirinya itu menuju bagian minuman dingin yang menyediakan berbagai jenis teh dan susu kotak. Ia memilih untuk membeli sekotak susu cokelat karena memang rasa itu adalah favoritnya. Ketika akan membayar, ia harus mengantre terlebih dahulu karena keadaan kantin yang mulai ramai diserbu para manusia kelaparan. Tepat di hadapannya, ia melihat punggung seorang laki-laki dengan badge berwarna hijau di lengan kanannya sedang membayar minuman yang dibelinya. Shania tak terlalu memperhatikan laki-laki itu karena sekarang sudah gilirannya untuk membayar.
Namun, tiba-tiba terdengar bunyi benda logam yang jatuh menyentuh lantai dengan keras. Tidak hanya itu, beberapa benda logam lain juga terlihat mengikuti temannya untuk menjatuhkan diri dari genggaman laki-laki yang tadi mengantre tepat di depannya. Laki-laki itu terlihat bingung akan mengambil uangnya yang terjatuh, ia melirik sana-sini untuk memastikan tangannya tak terinjak orang-orang yang berlalu lalang. Karena kondisi kantin yang ramai, hanya untuk mengambil beberapa uang receh yang terjatuh itu pun menjadi sulit.
Shania memperhatikan wajah laki-laki yang sedang kebingungan itu. Wajah cengoh kebingungan itulah yang pertama kali terekam jelas di memori otaknya. Tak disangka, laki-laki itu juga sedang melihat ke arahnya ketika semua uang receh yang berjatuhan sudah masuk ke saku celana biru dongkernya. Untuk pertama kalinya, tatapan mereka beradu. Mata hitam legam yang bersinar indah milik laki-laki itu sukses membuatnya terbius, namun tak lama kemudian ia menyadari kebodohannya. Shania gelagapan karena ketahuan memperhatikan laki-laki itu, maka ia pun langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan secepat yang ia bisa. Ia merasa bodoh karena setelah kepergok langsung melarikan diri begitu saja. Dalam batinnya, ia terus memaki dirinya sendiri karena tingkahnya yang begitu kekanakan barusan. Ia lupa bahwa Sharia masih di kantin menunggunya, sementara dirinya sudah menuju kelas mereka terlebih dahulu.
**
Hari-hari berlalu begitu cepat, usai pertemuan singkat di kantin waktu itu Shania jadi lebih sering tak sengaja bersimpangan dengan laki-laki bermata indah itu. Entah di kantin, aula, lapangan basket, masjid, atau pun tempat-tempat lain di sekolahnya. Mereka saling pandang, namun selepas itu juga saling memalingkan wajah. Tak ada satu kata pun yang terucap dari mulut keduanya, sama-sama mengerti tapi tak ingin mengenali.
Shania sendiri jadi lebih sering tersenyum, seolah keceriaan tak pernah sirna dari wajahnya yang manis. Hari-harinya terlihat lebih berwarna, setelah ia bertemu laki-laki itu. Shania tak ingin mendekat padanya karena ia takut bila bulir-bulir suka yang perlahan berkembang di hatinya akan sirna. Ia memang tak mau mengatakan bahwa perasaannya saat ini adalah cinta, umurnya masih terlalu kecil untuk mengerti terlalu jauh mengenai perasaan tak bertuan ini. Namun yang jelas, ia bahagia ketika bisa melihatnya di mana pun laki-laki itu berada. Belakangan, akhirnya ia tahu bahwa nama laki-laki itu adalah Dafa. Hal ini dapat diketahuinya karena ada seorang teman yang stalking tentang laki-laki itu untuk Shania di salah satu akun sosial media yang sedang marak digunakan oleh berbagai golongan.
Tak disangka, kebahagiaannya tak sampai di situ saja. Laki-laki dengan mata indah itu tiba-tiba menghubunginya lewat chat di akunnya. Dengan senang hati, Shania menanggapi segala obrolan yang dilontarkan laki-laki itu. Dafa adalah tipe orang yang agak moody, terkadang ia bisa menjadi seorang yang sangat manis namun beberapa menit setelah itu berubah menjadi orang yang cuek. Lama kelamaan, Shania mulai terbiasa dengan sikap laki-laki itu dan menganggapnya hal yang biasa. Shania  tak berharap terlalu jauh, ia memang menyukai laki-laki itu namun tak ingin membuat ikatan seperti yang tengah dilakukan beberapa teman sekelasnya.
Menurut Shania, umurnya masih terlalu kecil untuk melangkah lebih. Masa depannya masih jauh terbentang di hadapannya dan ia tak ingin terlalu cepat mengenal cinta. Biarlah seiring berjalannya waktu ia bisa belajar mengenalinya, tanpa perlu dipaksakan hanya agar ikut eksis seperti teman sebayanya. Let it flow, itulah kata-kata yang selalu dijadikannya pijakan dalam setiap ia mengambil langkah. Memang, beberapa kali laki-laki dengan mata indah itu menyatakan perasaannya pada Shania dan ingin untuk melakukan hubungan lebih lanjut seperti berpacaran. Tetapi, Shania selalu menolak meski ia memiliki rasa juga padanya. Pedomannya akan tetap ia pegang teguh hingga lahir batinnya siap nanti.

#TantanganODOP4ke-5
#CintaPertama

Komentar

  1. awas ada mata hitam legam, bisa membius....!

    BalasHapus
  2. Pertahankan prinsipmu nak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bismillah, insyaAllah ukhti πŸ™πŸ™

      Hapus
  3. Hihihi... jadi inget waktu esempe pake bros stroberi πŸ˜‹

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wihh kita samaan dong kak, jangan jangan.... πŸ™ˆπŸ™ˆ

      Hapus
  4. Balasan
    1. Ini sih kisah anak kecil kang ihihi πŸ™ˆπŸ™ˆ

      Hapus
  5. Selalu seru dan asik. Safina YES!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin kak, punya saya mah masih jauh kak daripada punya njenengan πŸ™πŸ™

      Hapus
  6. Oh lelaki bermata indah.... Di mana dirimu skrg?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di kelas sebelah kali kak, coba dicari πŸ™ˆπŸ™ˆ

      Hapus
  7. lain kali paragrafnya di spasi ya kakak..

    puyeng bacanya, apalagi kalo gak ada gambarnya >_<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi maaf ya bang, bikinnya di laptop soalnya jadi per paragraf keliatan banyak kalo di hp πŸ™ insyaAllah bakal dibenahi hehe πŸ™

      Hapus
  8. Hmm...uang koin yang menumbuhkan rasa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uang koin bersejarah atuh kang ini mah πŸ˜‚

      Hapus
  9. Sippp, jaga prinsipnyaa ya. Godaan akan banyak menghadangπŸ™ˆ

    BalasHapus
  10. keren prinsipnya.. Owh iya note buat postingannya paragraf baru di enter kasih spasi kosong, soalnya ini keliatan padet banget.

    BalasHapus
  11. Ceritanya keren
    Sedikit catatan terlalu banyak kata itu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel First Girl Karya Luna Torashyngu

Judul  : First Girl Penulis  : Luna Torashyngu Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tebal  : 280 halaman ISBN : 978-602-03-1753-3 Genre : Action Dalam novel kali ini, seperti biasa Kak Luna Torashyngu mengangkat tema yang tak biasa. Memang sih, genre action sudah biasa, tapi cara Kak Luna membuat berbagai karakter dengan konflik yang ada benar-benar membuat siapa pun yang membacanya akan ketagihan untuk terus membalik tiap lembaran buku itu hingga akhir cerita. Novel ini menceritakan tentang kehidupan Tiara yang awalnya hanya remaja biasa dan hobi hang-out bersama sahabat-sahabatnya. Namun, semuanya berubah ketika ayahnya terpilih menjadi presiden. Sebagai anak presiden, Tiara mendapat fasilitas pengamanan ketat dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Sejak itu, kebebasan Tiara seolah terenggut. Saat hang-out dia selalu dikawal. Sebelum jajan di kantin, makanannya dicicipi lebih dulu oleh pengawalnya. Dan yang membuat Tiara bete , dia nggak bebas lagi ngecengin

2017 dan Secuil Pengalaman Baru

Awal tahun 2017, waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 11 masuk semester 2. Di awal tahun ajaran, ada salah satu wartawan dari Koran Memo yang mewawancarai organisasi pramuka di sekolahku. Hanya perwakilan saja sih, karena yang diwawancarai hanya BPH dan salah satu anggota dewan yang lain. Kebetulan, aku menjabat sebagai Kerani (sekretaris), maka otomatis aku ikut diwawancarai. Waktu itu, aku mengatakan bahwa impianku di tahun ini adalah menjadi Duta Kesehatan Remaja Kota Kediri tahun 2017 dan bisa membuat karya yang disukai orang lain. Ini terjadi pada awal bulan Januari 2017. Selain itu, aku juga sangat ingin memenangkan olimpiade siswa kota mata pelajaran fisika (karena memang dari kelas 10 aku sudah mengikuti bimbingan olimpiade di sekolahku). Namun, Allah berkehendak lain. Karena begitu padatnya kegiatan pramuka pada bulan Januari hingga Mei, aku jadi tidak bisa untuk berkonsentrasi pada sesuatu yang ingin aku raih. Hingga akhirnya, ketika teman-temanku mengikuti beberapa