Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Shefalia Anindita-Fatamorgana

Apakah ada yang salah denganku? Apakah tutur kataku aneh? Apakah sikapku tidak wajar? Apakah aku kurang sopan? Tidak. Kata tante aku tidak bersalah. Lalu, Mengapa aku dijauhi? Mengapa aku dianggap remeh? Mengapa aku direndahkan? Mengapa aku selalu di bully ? Mengapa aku tak pernah dianggap? Mengapa Ya Allah? ** "Assalamu'alaikum, selamat pagi murid-murid," ucap seorang guru berperawakan tinggi sambil memasuki sebuah kelas di SMA Harapan. "Pagi buu," jawab beberapa murid dengan malas. "Hari ini, ibu punya kabar baik untuk kalian." "Kabar baik apa bu? Mau ngasih kita libur tambahan ya?" tanya seorang gadis berperawakan sedang dan berbaju ngetat  sambil memainkan kukunya yang dilapisi kuteks jingga. Guru tersebut hanya menggeleng singkat lalu berjalan ke arah pintu kelas. "Mari masuk nak," ucap guru itu sambil berbicara dengan seseorang. "Ba..baik bu" Murid baru itu pun masuk ke

Fatamorgana PROLOG

Terkadang   untuk  merasakan  bahwa   seseorang   berarti   untuk   kita , kehilangan   adalah   salah   satu caranya.       Hari demi hari kulalui dengan malas, aku tak kuat lagi menahannya, aku sungguh ingin pindah. Andai dapat kuputar waktu, ingin rasanya ku kembali ke masa lalu. Di mana keadaan tidak seburuk ini, dan hati tidak seperih ini.       Kini, sudah tak ada lagi sosok yang selalu mendukung di setiap cita-citaku. Tak ada lagi sosok yang selalu khawatir dengan keadaanku. Tak ada lagi sosok yang selalu menungguku sepulang sekolah, menyambutku dengan kasih sayang. Tak ada lagi sosok yang selalu sabar dengan segala tingkah lakuku.       Tak ada lagi sosok yang menyayangiku setulus hati. Tak ada lagi sosok yang selalu memberiku semangat dalam lika liku di setiap kehidupanku. Andai saat itu waktu berpihak kepadaku, mungkin aku tidak akan merasa se-menyesal ini. Flashback on "Mas sadarlah, carilah pekerjaan untuk anak kita mas, dia sudah mulai

Kisah Nyata Beribu Makna (2)

Ini lanjutan curahan hatiku yang kemarin ya, hehe ^^ Saat itu juga aku memutuskan berkata “ lek kalian panggah ngerasa Fitri seng nggawe adewe menang, silahkan. Aku gak bakal maen sesok. ” Seketika umpatan kasar tak berdasar pun terlontar dari mulut tajam mereka. Aku berusaha untuk menulikan telingaku, ya, keputusanku sudah bulat dan aku tak akan merubah keputusanku kali ini. “ Karep karepmu, egois og dipek dewe ” “ Ngeroso dibutuhne cah-cah to? Heh we i duk opo-opo ” “ Nyadar o to we i duk opo-opo, rasah kakean polah ” Dan banyak lagi umpatan kasar lain yang mereka ucap, aku terus berusaha untuk menahan. Di hari itu, aku sama sekali tidak diajak bicara oleh mereka, aku pun merasa ogah dengan mereka. Sempat kudengar pembicaraan mereka, “ Gak usah nyedek-nyedek cah wi neh, ketularan egois we ngko. Sawangen ae, menang po ra dee wi ngko ndek pemilihan PPIS. ”       Sebenarnya aku juga merasa bingung, yang egois itu sebenernya yang mana ya? Mereka memaksakan kehe

Sosok Emansipasi

Di kala mentari terasa suram Mendung tebal menyelimuti Seakan tidak ada harapan Tuk cahaya bersinar lagi Penjajahan dimana-mana Tidak hanya penjajahan fisik Tapi juga penjajahan hak Hak untuk belajar dan berkreasi Anak perempuan dipingit Tidak boleh menuntut ilmu Sehingga mereka menjadi bodoh Tidak bisa membaca ataupun menulis Anak gadis tidak punya kebebasan Mereka hanya memasak, menyapu, dan semua pekerjaan di rumah Tanpa tahu, bagaimana masa depannya Sungguh... Keadaan yang memprihatinkan Muncul lah sosok wanita pemberani Yang ingin haknya dihargai Dia berjuang tuk wanita Wanita-wanita di negeri ini Segala daya dan upaya dia kerahkan Tuk menggapai cita-citanya Pintu mulai sedikit terbuka Dengan berdirinya sebuah sekolahan Sekolahan yang hanya untuk perempuan Perjuangan beliau terus berkembang Sehingga terjadi perombakan Era baru telah terbuka Wanita-wanita cerdas dan berkarya Di era itu.. muncul lah kartini-kartini baru

Kisah Nyata Beribu Makna (1)

Lelah dan lapar. Hanya itu yang aku rasakan saat ini. Setelah sekian jam waktu yang ada kupakai untuk berlatih band kelasku. Sekitar 1 minggu lagi akan ada Kegiatan Tengah Semester di sekolahku. Di KTS kali ini ada berbagai lomba yang diselenggarakan, diantaranya adalah lomba band , pemilihan Putra Putri Idola Sekolah (PPIS), Story Telling , dan sebagainya. Setelah 3 minggu yang lalu ada pengumuman dan Technical Meeting tentang lomba-lomba, aku langsung dipilih untuk berpartisipasi dalam lomba band sebagai violis atau pemain biola serta dalam lomba pemilihan PPIS. Sebenarnya aku sudah sangat lama tidak menyentuh biola lagi. Dulu aku sempat berlatih biola saat masih kelas 3 SD dan berhenti semenjak SMP karena mulai padatnya kegiatan sekolah. Namun mau bagaimana lagi, aku sudah dipercaya oleh teman-teman untuk mengikutinya. Setidaknya ini terjadi karena kelasku bisa mendapat juara 2 band di KTS tahun lalu, jadi mau tak mau aku harus mengingat lagi bagaimana penghayatan dalam berma

Aku dan Kepingan Masa Lalu

Namaku Safina Rahayu Utami, teman-teman kelasku biasa memanggilku Safina. Hampir 3 tahun yang lalu, aku hanyalah murid SMP biasa di salah satu Sekolah Menengah Pertama favorit di kota tempatku hidup 9 tahun belakangan ini. Masa SMP hanya kulalui selama 2 tahun, ya, saat itu aku terpilih menjadi salah satu murid Akselerasi di sekolah itu. Hari-hari menjelang Ujian Nasional saat itu berlalu begitu cepatnya hingga aku terbuai oleh waktu. Ujian sudah begitu dekat namun aku masih saja terbuai dengan kesenangan dan sama sekali tak terfikir untuk mulai fokus belajar untuk UN. Hingga akhirnya hari-H Ujian Nasional pun tiba dan semalamnya aku sama sekali tak belajar, saat itu aku masih terlalu candu bermain game hingga lupa waktu. Sebenarnya soalnya tidak terlalu sulit, awalnya aku mengerjakannya dengan lancar, namun ada beberapa temanku yang bertanya mengenai soal-soal mereka. Kujelaskan pada kalian dulu ya, aku adalah tipe orang yang ‘gak tegaan’ saat itu. Jadi kalau ada temanku yang ber

ODOP? MY HERO

Aku termenung di pojokan kelas. Pelajaran telah usai beberapa menit yang lalu dan guru yang mengajar pun sudah meninggalkan kelas. Beberapa teman perempuanku berkumpul di pojokan kelas yang lain sambil tertawa-tawa, entahlah mereka sedang menertawakan apa, ku tak ingin peduli. Dari balik tirai jendela ini, aku bisa melihat dunia kecil nan asri dari atas. Jujur, inilah moodbooster ku. Pemandangan taman kecil yang didesain cantik dengan banyak pepohonan benar-benar memanjakan mataku, rasa-rasanya aku seperti mendapatkan inspirasi untuk menulis. Hmm, menulis? Akankah aku akan menulis lagi? Akankah aku berani mempublikasikan karyaku lagi? Tidak. Aku sudah merasa cukup tercampakkan dari dunia wattpad karena hal ini. Sebenarnya dulu aku sempat mem posting cerita buatanku di aplikasi baca gratis itu. Lumayan sih, ada pula yang mau membaca cerita abal-abalku itu, yah sekitar 150 orang. Namun semenjak ada haters yang selalu menghujat karyaku, pembaca setiaku pun mulai berkurang dan semaki