Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Untaian Kata

Orang bilang, untaian kata dapat mewakili rasa. Orang bilang, untaian kata dapat menghancurkan segalanya. Orang bilang, untaian kata dapat membangun rasa percaya. Bagiku, untaian kata dapat memporak-porandakan rasa di dada. Apalagi ketika kau berkata bahwa semuanya tak lagi sama. Kita yang dahulu pernah sedekat nadi, namun kini harus saling berjauhan bagai bumi dan matahari. Kita yang dahulu pernah saling mengisi hari-hari, kini saling melupakan apa yang pernah terjadi. Secepat itukah, sebuah rasa harus kurelakan. Secepat itukah, rasa sayang harus diikhlaskan. Secepat itukah, hati ini harus dihancurkan. Kamu. Seorang yang berhasil mengisi hatiku beberapa belas bulan belakangan. Namun sayang, kini tak ada lagi yang bisa diharapkan. Dariku, yang masih memiliki perasaan.

Mana Janjimu?

Dirimu yang kunanti Tak kunjung kembali Kerinduan yang melanda hati Membuat hidupku seakan-akan sepi Mana janjimu dulu? Janji bahwa kau akan kembali Janji kau tak pernah pergi Janji kau akan slalu di hati Kini, Semua telah berbeda Kau telah pergi dengan semua kenangan Kau pergi meninggalkan kerinduan Kenangan indah.. Saat kita bercanda tawa bersama Saat kita tersenyum bersama Saat kita bahagia bersama Kau tinggalkan pergi Dengan semua janji Semua kenangan Dan semua perasaan rindu Untukmu, seseorang yang kutunggu Terima kasih kau sudah pernah mewarnai hariku Terima kasih kau pernah menarik garis senyum di wajahku Terima kasih kau pernah membuatku berharga Untuk dirimu yang di sana Semoga kau slalu bahagia Dengan dirinya

Flashback

Rasa itu.. Entah kenapa rasa itu muncul lagi Rasa yang tak wajar bagi sesama teman Rasa yang banyak membuat tangis Yaitu.. Rasa cinta Kenapa aku suka padamu? Kenapa aku sayang padamu? Alasan apa yang bisa kuberikan? Kenapa kau muncul lagi di hidupku? Kenapa tak sedari dulu? Kenapa rasa itu baru muncul? Saat aku sudah tak suka denganmu Dirimu hadir membuat senyum Dirimu hadir membuat harapan Dirimu hadir lagi dan lagi Membuatku bahagia lagi Tapi, Aku tak sebahagia dulu Aku sudah tak ada rasa untukmu Kenapa kau tak begini sedari dulu? Kau terus mengisi hari-hariku yang kosong Mengisi perasaan sepi hati ini Menutup luka yang pernah ada Menoreh kenangan tak terlupakan Mungkin.. Aku akan bahagia bila kau lakukan dulu Aku akan amat senang dan bersemangat Bila itu ‘dulu’ Kini, rasa itu telah hancur Rasa itu telah musnah Seiring berjalannya waktu

Cahaya Harapan

Kulihat wajah itu Kuamati lekuk wajah itu Lalu kupandangi lagi, manis Siapakah dia? Lelaki pertama Yang membuatku tersenyum saatku sedih Membuatku senang saat ku gundah Tetapi, siapakah dia? Mengapa rasa itu muncul lagi? Getaran itu lahir lagi? Setelah sekian lama kubekukan Akhirnya luluh kembali Dia sedikit berbeda Bisa membuatku sedih Bisa membuatku gundah Bisa membuatku kesal Namun juga bisa melukis senyum lebar di wajahku Lelaki yang belum pernah kujumpa sebelumnya Dia tak seperti yang lain Dia menyebalkan, tapi juga menggemaskan Baru kusadari, Aku punya rasa untuknya Rasa yang tak biasa Rasa yang tlah lama kupendam Rasa yang tlah lama hilang

Hanya Senyum Pahit

Ku terdiam, ku terpaku Setelah mendengar kata itu Kata-kata yang langsung menembus jiwa Entah karena alasan apa Kusadari, dia masih berdiri di sana Aku tak kuasa Bibirku seakan terkunci Apa yang bisa aku katakan? Kutahan gejolak hati ini Kutahan genangan air mata ini Kutahan semua agar aku tegar Dan akhirnya aku pun menjawab Jawaban yang sebenarnya tak ingin kuucap Jawaban yang membuat wajah itu tanpa ekspresi Dia tersenyum Ya, dia tersenyum Tapi, itu hanyalah senyum kepedihan Senyum pahit itu menyayat hatiku Dia berusaha kuat Dengan terus tersenyum

Lentera Kecilku

Hidup ini suram Tanpa arah, tanpa tujuan Hanya jalan buntu yang kudapat Tanpa arah pasti tuk melangkah Kubutuh dia Kubutuh inspirator kecilku Kubutuh motivator hidupku Kubutuh dia.. penyemangat hidupku Pengisi relung-relung hatiku Meski dia tak sempurna Meski dia kadang membuatku gundah Meski dia susah dikendalikan Tapi hati ini tetap berkata, Aku sayang dia Dia bagai lentera kecil di kegelapan malam Dia bagai bintang penerang kegelapan Lentera kecil penentu arah Bintang kecil penerang arah Tanpa dia, akankah aku akan sebahagia ini? Akankah ku bisa tersenyum selebar ini? Akankah ku bisa tertawa selepas ini? Dia yang membuatku bangkit Dia yang menyadarkanku Dia yang sabar memberiku semangat Untuk berlanjutnya hidup ini Lelaki itu.. Yang melukis garis senyum di wajahku Yang menoreh kenangan indah di hidupku Yang membuatku melihat pelangi lebih lama Tuhan, sampaikan salamku untuknya Untuk lentera kecilku Yang kan slalu kukenan

Novelis Misterius dalam Negeri

Luna Torashyngu. Kira-kira, apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar nama ini? Mungkin, kalian akan berpikir bahwa Kak Luna ini perempuan ya? Awalnya aku pun begitu, bayanganku setelah membaca namanya adalah perempuan cantik, berambut panjang, dan berkacamata tebal yang hobi menulis. Namun setelah kutelusuri, ternyata Kak Luna ini laki-laki kawan. Nama “Luna Torashyngu” tentu saja bukanlah aslinya, nama ini digunakannya sebagai nama pena saja. Kak Luna sendiri pertama kali menghirup udara bebas di kota Purwokerto pada tanggal 13 Februari. Katanya, dalam Bahasa Spanyol “Luna” berarti “Bulan”. Sedangkan Torashyngu sendiri diambilnya dari nama Jepang. Beliau memilih nama “Torashyngu” karena ia sangat suka segala hal tentang negeri Matahari Terbit ini. Mulai dari masakan Jepang, musik, bahkan dorama juga. Beberapa penyanyi favoritnya di antaranya ialah Ayumi Hamasaki dan BoA, sedangkan film Jepang kesukaannya adalah “ Yomigaeri ” (Kebangkitan). Dorama atau Drama Televisi Jepang a

Kartiniku

Kala itu, wanita menderita Mereka tak punya hak yang sama Dibedakan dari kaum pria Tak dapat pendidikan, tak dapat kebebasan Terpenjara dalam gelapnya dunia Terperosok dalam jurang kebodohan Berjalan terseok dan tertatih Tanpa arah, tanpa tujuan Hingga akhirnya secercah cahaya datang Sosok pewujud beribu impian Sosok penghapus luka yang mendalam Sosok pembawa kesejahteraan Beliau berdiri tegap di sana Menyerukan semangat kaum wanita Mengajak mereka untuk bangkit berdiri Untuk melawan diskriminasi Beliau tegar hadapi rintangan Lawan segala penjajahan Penjajahan yang tak kenal siapa Yang hanya meninggalkan duka Beliau wanita tegar Wanita pejuang tak kenal lelah Seorang pejuang pemberi harapan Harapan berkilau bak lentera dalam kegelapan Raden Ajeng Kartini Beliaulah pejuang itu Pejuang yang tak pernah gentar Pejuang emansipasi wanita “Raden Ajeng Kartini, pencetus Habis Gelap Terbitlah Terang” “Raden Ajeng Kartini, yang slalu ter

Unexpected Meeting

Cinta. Apa itu cinta? Bagaimana rasa jatuh cinta? Di umur remajaku ini, apakah tidak wajar bila aku belum pernah merasakan jatuh cinta? Jujur, aku tidak tertarik dengan laki-laki manapun, tapi bukan berarti aku suka sesama jenis. Aku masih normal, hanya saja rasanya sulit untuk sekedar suka atau mengagumi seseorang. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karna aku dilahirkan dengan otak yang cerdas, yahh setidaknya bisa menjadi peringkat 1 paralel di sekolahku. ** "Shef, ngapain ngelamun?" tanya Revi sahabatku. Saat ini aku sedang bermain ke rumahnya. "Ha?" aku tersadar dari lamunanku, lalu menatapnya bingung , "Ada apa?" tanyaku sambil mengernyit. " Kamu ngapain ngelamun ya elah ,” jawabnya sambil m emutar bola matanya sebal. "Gak tuh, aku gak ngelamun ,” jawabku singkat sambil mengutak-atik smartphone ku. Sepi, tak ada chat sama sekali, tapi aku terbiasa akan hal itu. "Udah jelas jelas ngelamun masi aja boong, alibi b

Sesuatu yang Telah Pergi

Memang ya, sesuatu itu kalau sudah bukan milik kita lagi, kita baru merasakan betapa berharganya sesuatu itu. Saat masih memiliki, rasanya biasa saja, bahkan bisa dibilang bosan memilikinya. Namun, saat sesuatu itu sudah miliknya orang lain, maka rasa rindu pun akhirnya terasa juga. Rindu, inilah yang sedang kurasakan, rindu terhadap latihan rutin. Rindu masa-masa rapat bersama dewan EXPRESS, rindu candaan dan olokan mereka, rindu kebersamaan dengan mereka. Intinya, aku rindu menjadi Kerani DKA EXPRESS. Aku rindu mereka, sangat. Hidup terasa hambar karena jarang bertemu mereka. Dulunya, sanggar adalah tempat pertama yang kutuju saat pulang sekolah. Namun kini, aku hanya bisa melihat sanggar dari balkon depan kelasku, melihat betapa bahagianya dewan yang baru bermain-main di sanggar. Ya, sanggar sudah bukan milikku lagi, dan aku baru menyadari kalau sanggar benar-benar berarti bagiku. Aku pernah menangis di sana, aku juga pernah tertawa keras di sana. Aku juga pernah marah-marah di

Malaikat Penolongku

Aku adalah tipe orang yang serius dan tertata. Sejak kecil, aku memang dididik untuk tidak banyak berbicara hal yang tak penting. Hal ini akhirnya menjadi kebiasaanku sejak kecil hingga remaja. Aku lebih suka sendiri saat belajar, meski begitu aku tak kurang pergaulan karena temanku pun bisa dibilang banyak, tapi bila belajar aku paling membenci keramaian. Saat SD aku lalui dengan biasa, saat ada yang ramai pasti aku langsung berteriak dan semuanya akan diam. Jadi saat itu aku masih bisa menyesuaikan diri. Saat SMP, Alhamdulillah aku masuk ke kelas Akselerasi. Mungkin beberapa dari kalian tau, kalau anak akselerasi itu rata-rata ber-IQ lebih dari 130. Dan biasanya anak-anak ber-IQ tinggi lebih introvert dan sikapnya cuek. Maka dari itu, saat SMP aku merasa lebih nyaman karena teman-temanku tidak banyak bicara saat belajar (meskipun saat bercanda juga ramai), tapi minimal mereka sangat menghargai guru saat mengajar. Maka dari itu, masa SMP kulalui dengan bahagia. Namun saat SMA, ak

Hujan?

Ketika riak air turun setitik demi setitik dari tata surya Ku bersuka cita menyelami kenikmatan dunia tiada tara Warna warni cahaya nan apik berbaur menjadi satu Karena itupun ku teringat masa lalu Ya, kenangan itu, terlintas begitu saja Bagai pelangi yang indah, namun hanya fatamorgana Senyum dan bayangannya pun masih amat membekas Walau ku mengerti kini ku tak lagi pantas Kenangan demi kenangan pun teringat kembali Bagai rangkaian kisah masa lalu yang diputar kembali Masa-masa suka dan duka Yang sempat dilalui berdua Meski kini kutau kau sudah jadi miliknya Entah kenapa, hatiku kembali menghangat saat mengingatnya Seperti baru kemarin ku merasakan suka Dan langsung dihantam dengan duka Gerimis tipis membelai rambutku lembut Udara dingin melambai-lambai menebar ketenangan Energi positif perlahan memasuki pikiran Dan akhirnya ku tersadar akan satu kenyataan Bahwa ia tak lagi serupa, meski fisiknya masih sama

It’s All About ‘Tahu’

Tahu. Tentunya semua orang pasti kenal makanan yang satu ini. Rata-rata bentuknya persegi, berwarna putih, dan teksturnya kenyal. Tahu dapat diolah menjadi berbagai macam masakan yang lezat. Tahu juga sudah menjadi makanan yang ‘merakyat’ di wilayah Indonesia, khususnya pulau Jawa. Tahu disukai oleh berbagai kalangan, mulai dari muda hingga tua, anak-anak sampai dewasa. Kali ini, saya bukan akan membahas tentang tahu dan berbagai macam olahan dari tahu yang lezat, namun saya akan membahas tahu khas di kota saya. Kediri. Pernah mendengar tentang kota ini? Kediri adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Timur, kota ini kecil memang dan juga belum se-maju kota-kota metropolitan seperti Jakarta maupun Surabaya. Kota Kediri adalah tempat saya tinggal 8 tahun belakangan ini, tempat di mana saya menghabiskan masa kanak-kanak hingga remaja sekarang ini. Kediri dikenal dengan etnik budayanya, banyak cerita-cerita rakyat yang berlokasi di kota ini. Selain itu, Kediri juga sering dikenal orang

Stranger-1

Sebenarnya, senja kali ini nampak biasa saja. Rintik hujan yang sudah berhenti beberapa menit yang lalu masih membekas di bingkai jendela. Namun, rasa fresh dan bebas yang menjadikannya berbeda. Ditemani dengan secangkir susu cokelat panas dan sebuah novel keluaran 2016 karya Tere Liye, ku menikmati weekend di istana tercinta. Sekilas, ku melihat ke arah jendela, seperti ada yang memperhatikanku dari luar. Ternyata benar, ada seorang remaja laki-laki yang sedang melihat ke arahku. Postur tubuhnya tinggi, hidungnya mancung, dan garis wajahnya tegas. “Manis,” gumamku setelah mengamatinya dari atas hingga bawah. Rambutnya terlihat basah, mungkin terkena air hujan. Aku merasa asing akan wajahnya, mungkinkah ia anak dari Pak Hernoyo? Sepertinya iya, karena setelah beberapa menit kemudian, laki-laki itu masuk ke rumah besar tepat di depan rumahku. Rumah itu dulunya dimiliki oleh Bu Asri, namun karena sekarang suaminya dinas di luar Surabaya, maka Bu Asri pun menjualnya. Pak Hernoyo lah

Senin dan Ingatan Lama

Senin. Aku sempat bertanya-tanya, apa yang harus kutulis di hari senin kali ini? Tepat pukul 06.30 aku memulai perjalanan ke sekolah. Gerimis tipis yang menghujani sedikit membuatku merinding karena dingin, masih sekitar 15 menit lagi hingga aku sampai di sekolahku tercinta. Jarak dari rumah ke sekolahku lumayan juga, sekitar 8 kilometer. Langit mendung sedikit gerimis inilah yang mengantar perjalananku menuju sekolah. Saat itu aku sedang berpikir, apa yang akan ku tulis hari ini. Karena masih stuck bingung harus mulai menulis dari mana, aku pun mulai melihat-lihat ke sekitar. Tepat saat aku melihat ke arah depan, terpampang nyata bangunan megah Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kediri. Di waktu yang sama pula, ingatan-ingatan masa lalu yang sebelumnya terurai menjadi puzzle pun seolah terpampang nyata di hadapanku. Saat ku melihat seorang perempuan berhijab dengan badge hijau di lengan kanannya -yang berarti ia masih kelas VII SMP- membawa berbagai tas, hingga kedua tangannya pe

Onde-Onde Lumutan

Pada zaman dahulu, ada sebuah Kerajaan besar yang bernama Kerajaan Kahuripan. Namun, untuk mencegah perang persaudaraan Kerajaan Kahuripan di bagi menjadi dua Kerajaan, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Suatu hari, sebelum Raja Erlangga meninggal, ia berpesan untuk menyatukan kembali kedua Kerajaan tersebut. Akhirnya, kedua Kerajaan tersebut bersepakat untuk menyatukan kedua Kerajaan, dengan cara menikahkan Pangeran dari Kerajaan Jenggala, yaitu Raden Panji Asmarabangun dengan Putri cantik Dewi Sekartaji dari Kerajaan Kediri. Namun, keputusan untuk menikahkan Pangeran Raden Panji Asmarabangun dengan Putri Sekartaji, ditentang oleh ibu tiri Putri Sekartaji. Karena istri kedua dari Kerajaan Kediri menginginkan putri kandungnya sendiri yang menjadi Ratu Jenggala. Akhirnya, ia merencanakan untuk menculik dan menyembunyikan Putri Sekartaji dan ibu kandungnya. Suatu hari, Raden Panji datang ke Kerajaan Kediri untuk menikah dengan Dewi Sekartaji. Namun, Putri Sekartaji sudah m